KONSULTASI
Logo

APKASINDO: Terkait Banjir Bandang Sumatera, Dominankan Fungsi Kementerian Kehutanan Bukan Sebaliknya

2 Desember 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
APKASINDO: Terkait Banjir Bandang Sumatera, Dominankan Fungsi Kementerian Kehutanan Bukan Sebaliknya
HOT NEWS

sawitsetara.co – JAKARTA – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Dr. Gulat Medali Emas Manurung, MP., C.IMA., C.APO, menanggapi banjir bandang akibat curah hujan berlebih di sejumlah wilayah Sumatera baru-baru ini.

Doktor Bidang Ilmu Lingkungan Universitas Riau (Unri) ini mengatakan curah hujan berlebih bukan satu-satunya faktor penyebab terjadinya banjir bandang. Menurut dia, banjir bah yang terjadi di wilayah Sumatera akibat air yang tidak terserap ke dalam tanah (infiltrasi).

“Aliran permukaan ini tentu mengakibatkan meluapnya air yang harusnya masuk ke dalam tanah justru tetap mengalir di permukaan tanah. Artinya apa disitu? Daya dukung alam untuk menahan dan menyerap air yang berasal dari hujan tersebut telah melampaui kapasitasnya,” kata Dr. Gulat kepada sawitsetara.co saat dijumpai di kantornya pada Selasa (2/12/2025).

Dr. Gulat mendefinisikan banjir bandang adalah aliran air tinggi yang tiba-tiba dan deras ke daerah yang biasanya kering, ditandai dengan peningkatan cepat muka air di sungai atau anak sungai, yang sering terjadi dalam hitungan menit hingga jam setelah hujan deras atau jebolnya bendungan.

natal dpp

“Dari defenisi ini, berarti penyanggah sudah tidak mampu lagi menyerap air. Jadi sangat kuat korelasi Banjir Bandang dengan Perambahan Hutan untuk Kebutuhan Kayu, terbukti dari video-video yang beredar di iringi dengan gelondongan kayu hanyut, kita sepakat disitu,” kata dia.

Sebelumnya, Guru besar ekonomi kehutanan IPB, Prof. Sudarsono Soedomo, menjelaskan perbedaan antara banjir dan banjir bandang. Menurut dia, bandang menunjukkan adanya unsur dadakan – air bah. Fenomena ini akibat dari adanya aliran air yang tertahan, sehingga terakumulasi.

Menurut Prof. Sudarsono, bisa jadi yang berhutan malah lebih berpeluang longsor, karena air yang meresap sudah jenuh sehingga massanya lebih besar.

“Nah tentu ini akan menjadi catatan penting, supaya Kementerian Kehutanan (Kemenhut) segera mengevaluasi pemberian izin-izin pemanfaatan kayu hutan serta memberlakukan moratorium dan pengawasan extraordinary,” kata Dr. Gulat.

Lebih Jauh, Dr. Gulat berujar, banyak pihak berpendapat bahwa banjir yang terjadi saat ini akibat perkebunan sawit. Namun, menurutnya, berpendapat harus berdasarkan fakta. Sebab, Dr. Gulat menegaskan, titik banjir yang terjadi berasal dari kawasan hutan yang diberikan izin pemanfaatannya oleh Kemenhut.

natal dpp

“Luas perkubunan sawit itu 16,38 juta hektare, berbanding jauh dengan 120 juta hektare hutan yang masih tersisa. Juga, rasio perkebunan sawit cukup kecil dibandingkan total pemberian izin oleh Kemenhut untuk pemanfaatan kayu hutan dan perizinan Hutan Taman Industri (HTI),” ujarnya.

Dr. Gulat mengatakan, pengembalian (reforestasi) tanaman hutan di daerah yang dimanfaatkan kayunya membutuhkan waktu yang sangat panjang, minimum 20-25 tahun baru pulih, namun tetap saja tidak bisa 100% menyerupai habitat aslinya.

Sebab itu, tindakan pertama yang dilakukan Kemenhut selain mengevaluasi izin yang sudah ada dan moratorium izin baru pemanfaatan hutan.

“Ya termasuk PT TPL yang sudah bertahun-tahun diprotes oleh semua elemen masyarakat terkhusus di Sumatera Utara. Maka sejak awal saya sudah berpendapat hentikan dulu aktivitas TPL, lalu di evaluasi oleh Auditor Lingkungan Independen,” kata Dr Gulat.

“Stop semua pemberian izin pemanfaatan hutan, sehingga tidak terjadi bencana alam di masa-masa yang akan datang, yang mungkin akan lebih besar jika tidak dilakukan moratorium pemberian izin pemanfaatan kayu hutan.”

Kemenhut Harus Evaluasi Diri Soal Fungsi Menjaga Hutan dan fungsi Manfaatkan Hutan, jangan lebih dominan difungsi pemanfaatan, yang terjadi ya seperti sekarang ini sebab hakekat kementerian kehutanan itu adalah menjaga hutan, bukan sebaliknya.

natal dpp

Namun Dr. Gulat berpendapat supaya semua elemen masyarakat dan pemerintah supaya lebih fokus dulu ke mitigasi dampak banjir bandang, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga, kata dia, kejadian yang sama tidak terulang di masa-masa yang akan datang.

“Pada kesempatan ini juga saya menghimbau supaya semua stakeholder sawit, terkhusus petani sawit, ikut bahu-membahu membantu masyarakat yang terdampak. Baik bantu dalam bentuk fisik dan tentunya bantuan dana melalui dana gotong royong. Sebagaimana APKASINDO sudah melakukannya di beberapa titik,” kata dia



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *