KONSULTASI
Logo

CPOPC Berupaya Pastikan Inklusivitas Petani Kecil Kelapa Sawit dalam Rantai Pasok Global

16 Oktober 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
CPOPC Berupaya Pastikan Inklusivitas Petani Kecil Kelapa Sawit dalam Rantai Pasok Global

sawitsetara.co – JAKARTA – Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) terus berupaya memastikan inklusivitas petani kecil kelapa sawit dalam rantai pasok global. Organisasi antar pemerintah yang beranggotakan Indonesia, Malaysia, Honduras, Papua Nugini, dan Kongo ini menekankan pentingnya fasilitasi bagi petani kecil.

“Kita selalu mengedepankan bahwa petani kecil itu perlu fasilitasi dan baik dari kapasitas pembangunan, penyederhanaan sistem, serta kalau perlu mendapatkan penanganan yang spesial,” ungkap Wakil Sekjend (Wasekjen) CPOPC Musdhalifah Machmud dalam diskusi publik secara daring tajaan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), pada Selasa (14/10/2025).

Musdhalifah mengatakan, Indonesia sebagai anggota CPOPC turut berkontribusi dengan mendorong percepatan implementasi Integrated System for Traceability and Data for Business (ISTDB) dan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Integrasi ISPO ke dalam Dashboard diharapkan dapat mempercepat masuknya petani kecil kelapa sawit ke pasar global.

“Harapannya ini juga akan segera diselesaikan karena kalau Dashboard itu mencakup semua komoditas,” katanya.

CPOPC juga mengembangkan global framework platform sustainable palm oil untuk mendukung sistem keberlanjutan. Kerangka kerja ini mencakup ISPO, MSPO (Malaysia Sustainable Palm Oil), dan sistem lainnya yang mengakomodir keberlanjutan dalam industri kelapa sawit.

CPOPC mengakui bahwa mereka tidak langsung terlibat dalam intervensi ke petani. Namun, CPOPC menarasikan upaya yang dilakukan oleh masing-masing negara produsen. Tujuan utama adalah agar petani kecil dapat memenuhi standar pasar global, termasuk European Union Deforestation-Free Regulation (EUDR).

“CPOPC berharap ISPO dapat terintegrasi dengan Dashboard untuk semua komoditas ekspor yang relevan,” kata Musdhalifah menegaskan.


Berita Sebelumnya
Hingga September Penerimaan Bea Keluar Capai Rp21,4 Triliun, Diantaranya Ditopang Sawit

Hingga September Penerimaan Bea Keluar Capai Rp21,4 Triliun, Diantaranya Ditopang Sawit

Dalam dalam konferensi pers APBN KiTa, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menguraikan bahwa penerimaan bea keluar tercatat Rp21,4 triliun atau 477,8 persen dari target APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), melonjak 74,8 persen secara tahunan. Kenaikan ini terutama ditopang oleh kenaikan harga minyak kelapa sawit (CPO), volume ekspor sawit, serta kebijakan ekspor konsentrat tembaga.

15 Oktober 2025 | Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *