sawitsetara.co – JAKARTA – Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) terus berupaya memastikan inklusivitas petani kecil kelapa sawit dalam rantai pasok global. Organisasi antar pemerintah yang beranggotakan Indonesia, Malaysia, Honduras, Papua Nugini, dan Kongo ini menekankan pentingnya fasilitasi bagi petani kecil.
“Kita selalu mengedepankan bahwa petani kecil itu perlu fasilitasi dan baik dari kapasitas pembangunan, penyederhanaan sistem, serta kalau perlu mendapatkan penanganan yang spesial,” ungkap Wakil Sekjend (Wasekjen) CPOPC Musdhalifah Machmud dalam diskusi publik secara daring tajaan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), pada Selasa (14/10/2025).
Musdhalifah mengatakan, Indonesia sebagai anggota CPOPC turut berkontribusi dengan mendorong percepatan implementasi Integrated System for Traceability and Data for Business (ISTDB) dan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Integrasi ISPO ke dalam Dashboard diharapkan dapat mempercepat masuknya petani kecil kelapa sawit ke pasar global.
“Harapannya ini juga akan segera diselesaikan karena kalau Dashboard itu mencakup semua komoditas,” katanya.
CPOPC juga mengembangkan global framework platform sustainable palm oil untuk mendukung sistem keberlanjutan. Kerangka kerja ini mencakup ISPO, MSPO (Malaysia Sustainable Palm Oil), dan sistem lainnya yang mengakomodir keberlanjutan dalam industri kelapa sawit.
CPOPC mengakui bahwa mereka tidak langsung terlibat dalam intervensi ke petani. Namun, CPOPC menarasikan upaya yang dilakukan oleh masing-masing negara produsen. Tujuan utama adalah agar petani kecil dapat memenuhi standar pasar global, termasuk European Union Deforestation-Free Regulation (EUDR).
“CPOPC berharap ISPO dapat terintegrasi dengan Dashboard untuk semua komoditas ekspor yang relevan,” kata Musdhalifah menegaskan.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *