Sawitsetara.co – JAKARTA – Dewan Negara-Negara Produsen Kelapa Sawit (CPOPC) membantah keras tudingan bahwa industri kelapa sawit menjadi penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati (biodiversity loss).
Wakil Sekretaris Jenderal CPOPC, Musdhalifah Machmud, mengemukakan bahwa data yang ada justru menunjukkan stabilitas populasi satwa liar di tengah perkembangan perkebunan sawit.
“Bukan karena kelapa sawit. Kematian satwa liar adalah hal alami, disebabkan oleh usia, penyakit, atau faktor lainnya, serta pemburuan liar yang masih terjadi,” kata Musdalifah, seperti dilansir Majalah HORTUS Archipelago.
CPOPC menyoroti data yang menunjukkan bahwa perluasan perkebunan sawit di Indonesia, Malaysia, dan Thailand selama beberapa dekade tidak serta merta diikuti oleh penurunan populasi satwa seperti gajah, orangutan, badak, dan harimau.
Data gabungan dari ketiga negara tersebut (1968–2017) bahkan menunjukkan populasi gajah Asia yang relatif stabil meskipun ekspansi sawit terus berlangsung.
CPOPC menegaskan pentingnya menyajikan informasi berbasis data untuk meluruskan persepsi negatif terhadap sawit. Musdhalifah berharap lembaga riset seperti BRIN terus memperkaya basis data dan riset mengenai hubungan sawit dan biodiversitas.
“Data dan riset sangat penting untuk memperkuat narasi,” kata dia.
CPOPC berkomitmen untuk terus mengkomunikasikan fakta ini kepada konsumen global, serta meyakinkan mereka bahwa kelapa sawit memainkan peran penting dalam ekonomi hijau yang berkelanjutan.
Musdhalifah juga menekankan pentingnya kolaborasi antara negara-negara produsen seperti Indonesia dan Malaysia dalam menunjukkan prinsip keberlanjutan dalam pembangunan industri sawit.
Ia mencontohkan inisiatif keberlanjutan seperti Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) di Indonesia dan Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) di Malaysia, yang telah diterapkan sejak tahun 2011.
Selain itu, Musdhalifah turut menyoroti kemajuan teknologi yang mendorong efisiensi dan inklusivitas dalam pengembangan sawit, sebagai bukti adaptasi industri menuju sistem produksi yang lebih berkelanjutan.
“CPOPC berkomitmen bekerja sama dengan BRIN agar setiap langkah yang kami ambil berbasis evidence-based, menggunakan dokumen dan kajian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan,” kata Musdhalifah.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *