KONSULTASI
Logo

Desa Sawit Berkelanjutan: UNJA dan BPDP Kembangkan Model di Desa Pematang Kabau

18 Desember 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
Desa Sawit Berkelanjutan: UNJA dan BPDP Kembangkan Model di Desa Pematang Kabau
HOT NEWS

sawitsetara.co – JAMBI – Universitas Jambi (UNJA) mengambil langkah strategis dengan mengusulkan Desa Pematang Kabau, Kabupaten Sarolangun, sebagai desa laboratorium terpadu. Inisiatif ini bertujuan untuk mengelola perkebunan sawit secara berkelanjutan melalui pendekatan komunitas partisipatif.

Usulan tersebut disampaikan dalam kegiatan Diseminasi Riset Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNJA pada Rabu (17/12/2025), di Auditorium Lantai 1 Gedung UNIFAC UNJA Mendalo.

Sawit Setara Default Ad Banner

Prof. Dr. Ir. Rosyani, M.S., selaku pemimpin riset, memaparkan secara rinci tujuan dan metodologi penelitian yang diterapkan di Desa Pematang Kabau. Riset ini melibatkan kolaborasi lintas institusi untuk mengembangkan ekosistem sawit yang berkelanjutan.

Ia menekankan pentingnya menjadikan desa tersebut sebagai pusat penelitian dan pengabdian yang berkelanjutan. Pihaknya sudah mengusulkan agar Desa Pematang Kabau dijadikan desa laboratorium terpadu atau desa DLT.

“Sehingga kegiatan penelitian dan pengabdian dapat dilakukan secara berkelanjutan,” ujar Prof. Rosyani, dikutip dari laman UNJA pada Kamis (18/12/2025).

Riset ini menyoroti peran vital sawit dalam perekonomian nasional, sekaligus menyoroti tantangan lingkungan dan sosial yang timbul akibat praktik perkebunan monokultur. Pemilihan Desa Pematang Kabau didasarkan pada tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sawit yang tinggi, serta kerentanan ekologis yang disebabkan oleh alih fungsi lahan.

Sawit Setara Default Ad Banner

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah aksi partisipatif, yang melibatkan uji coba model langsung di lapangan. Sebagai bagian dari upaya ini, enam Kelompok Usaha Bersama (KUB) telah dibentuk dengan dukungan pendanaan dari BPDP.

Tujuannya adalah untuk memberdayakan petani sebagai penggerak ekonomi hijau melalui pengembangan produk turunan sawit yang memiliki nilai tambah.

Drs. Marzul Hidayat, Sekretaris LPPM UNJA, menggarisbawahi pentingnya dampak penelitian terhadap pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam di Provinsi Jambi. Dia menegaskan bahwa penelitian yang dilakukan harus memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan nasional, khususnya dalam meningkatkan kualitas SDM dan sumber daya alam di Provinsi Jambi.

“Kami menekankan penelitian yang dilakukan harus membawa dampak bagi pembangunan nasional, khususnya terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sumber daya alam di Provinsi Jambi,” ujarnya.

Marzul menambahkan bahwa strategi penelitian ini juga mencakup perencanaan desa laboratorium terpadu agar hasil penelitian dapat diimplementasikan secara berkelanjutan. “Desa ini diusulkan menjadi desa laboratorium terpadu agar dampaknya dapat terlihat dalam jangka panjang,” lanjut Marzul.

Untuk mempermudah pemahaman dan menginspirasi masyarakat, hasil penelitian juga disajikan melalui film dokumenter. Strategi ini diharapkan dapat direplikasi di wilayah lain melalui kolaborasi antara pemerintah daerah, pemerintah desa, penyuluh, dan pihak swasta.

Pendampingan riset difokuskan pada transformasi komunitas partisipatif sebagai praktik baik yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan mendorong pembangunan daerah yang berkelanjutan.

Kegiatan diseminasi ini dihadiri oleh berbagai pihak penting, termasuk Wakil Rektor Bidang Akademik UNJA, Prof. Dr. Hafrida, S.H., M.H., Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Prof. Dr. Revis Asra, S.Si., M.Si., serta pejabat dari BPDP dan pemerintah kabupaten Sarolangun.


Berita Sebelumnya
Wanti-Wanti GIMNI: Transformasi ke B50 Harus Hati-Hati, Jangan Sampai Jadi Beban Ekonomi Baru

Wanti-Wanti GIMNI: Transformasi ke B50 Harus Hati-Hati, Jangan Sampai Jadi Beban Ekonomi Baru

Rencana pemerintah untuk meningkatkan campuran biodiesel dari B40 menjadi B50 menuai perhatian serius dari pelaku industri sawit.

| Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *