
sawitsetara.co - KUALA LUMPUR - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Malaysia kembali tergelincir pada perdagangan Jumat (7/11/2025), mengikuti pelemahan harga minyak nabati global terutama minyak kedelai di bursa Dalian dan Chicago. Tekanan ini membuat CPO berada di jalur penurunan empat minggu berturut-turut.
Kontrak acuan CPO untuk pengiriman Januari 2026 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange tercatat turun 17 ringgit atau 0,41% menjadi 4.132 ringgit (sekitar USD978,22) per ton pada pukul 02.33 GMT. Sepanjang pekan ini, harga sawit telah melemah 2,07%.
Di bursa Dalian, kontrak minyak kedelai yang paling aktif turun 0,22%, sementara kontrak minyak sawit justru naik tipis 0,14%. Sedangkan di Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai juga melemah 0,06%.

Harga CPO biasanya bergerak seiring dengan pergerakan minyak nabati lainnya, mengingat ketatnya persaingan dalam pangsa pasar minyak nabati global.
Dari sisi fundamental, beberapa faktor global turut menekan sentimen pasar. Mahkamah Agung Brasil memutuskan untuk menangguhkan proses hukum terkait moratorium kedelai, hingga keputusan final dikeluarkan yang berpotensi memengaruhi pasokan minyak nabati dunia.

Sementara itu, di India, penanaman biji lobak (rapeseed) diperkirakan mencapai rekor tertinggi tahun ini, didorong oleh lonjakan permintaan dari China serta kondisi tanah yang lebih lembap akibat curah hujan di atas rata-rata.
Faktor lain yang turut menekan harga adalah penguatan nilai tukar ringgit sebesar 0,22% terhadap dolar AS, yang membuat CPO Malaysia menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
Secara teknikal, analis Reuters Wang Tao memperkirakan harga CPO berpeluang menguji level support di 4.124 ringgit per ton. Jika level tersebut ditembus, harga berpotensi turun lebih jauh ke kisaran 4.080–4.107 ringgit per ton.

“Kinerja CPO saat ini sangat dipengaruhi oleh dinamika pasar minyak nabati global dan pergerakan mata uang. Selama tekanan ini belum mereda, potensi rebound harga masih terbatas,” ujar seorang analis pasar di Kuala Lumpur.
Dengan pelemahan ini, pelaku pasar menanti data ekspor awal November serta arah kebijakan perdagangan dari negara-negara importir utama seperti India dan China untuk mencari petunjuk potensi pemulihan harga sawit dalam jangka pendek.
Tags:



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *