sawitsetara.co - JAKARTA - Impor minyak sawit India anjlok tajam pada September 2025, mencatat level terendah dalam empat bulan terakhir. Data dari pelaku industri menunjukkan penurunan mencapai 15,9% secara bulanan, menyusut ke 833.000 ton metrik, terendah sejak Mei tahun ini.
Laporan The Hindu Business Line mengungkap, lonjakan harga sawit dan pergeseran ke alternatif yang lebih murah seperti minyak kedelai menjadi penyebab utama lesunya impor dari Negeri Bollywood.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, menjelaskan bahwa penurunan ini lebih disebabkan oleh strategi akumulasi stok India yang agresif pada bulan-bulan sebelumnya.
“India banyak mengimpor sawit dari Indonesia pada Juli hingga Agustus. Jadi wajar kalau September turun karena stok mereka masih cukup,” ujar Eddy.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa India tetap menjadi pasar kunci, sebagai importir terbesar kedua minyak sawit Indonesia setelah China. “Pasar India sangat penting untuk dijaga,” tambahnya.
Tekanan terhadap sawit tak hanya datang dari sisi permintaan, tapi juga dari harga. Saat ini, harga minyak sawit berada di atas minyak nabati lainnya, akibat stagnasi produksi di dua negara produsen utama: Indonesia dan Malaysia.
“Produksi stagnan, tapi permintaan terus naik. Ini yang mendorong harga sawit jadi lebih mahal dari minyak nabati lain,” jelas Eddy.
Kondisi ini dimanfaatkan para pelaku industri India. Mereka mulai beralih ke soy oil, yang harganya lebih kompetitif. Alhasil, impor minyak kedelai India meroket 37,3% menjadi 505.000 ton, level tertinggi sejak Juli 2022.
Tak hanya itu, impor minyak bunga matahari juga naik 5,8% menjadi 272.000 ton, tertinggi dalam delapan bulan terakhir.
Secara keseluruhan, total impor minyak nabati India pada September tercatat 1,61 juta ton, turun tipis 0,7% dari bulan sebelumnya. Penurunan ini didorong terutama oleh merosotnya impor sawit.
CEO Sunvin Group, Sandeep Bajoria, menyebutkan bahwa banyak pembeli kini beralih ke minyak kedelai karena selisih harga yang semakin lebar.
“Minyak sawit saat ini lebih mahal dibanding soy oil. Wajar kalau permintaan bergeser,” kata Bajoria.
Namun, ia juga mencatat bahwa stok sawit India masih aman, berkat impor besar-besaran selama Juni hingga Agustus dalam rangka persiapan musim festival. Tradisi konsumsi makanan manis dan gorengan saat perayaan memang selalu mendorong lonjakan konsumsi minyak goreng, terutama sawit.
Tags:
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *