KONSULTASI
Logo

Indonesia Bidik Nol Persen Tarif Ekspor ke AS, Komoditas Sawit dan Kakao Jadi Andalan

4 November 2025
AuthorDwi Fatimah
EditorDwi Fatimah
Indonesia Bidik Nol Persen Tarif Ekspor ke AS, Komoditas Sawit dan Kakao Jadi Andalan
HOT NEWS

sawitsetara.co - JAKARTA - Pemerintah Indonesia tengah menatap peluang besar dalam negosiasi dagang dengan Amerika Serikat (AS). Setelah sukses menurunkan tarif impor sejumlah produk nasional dari 32 persen menjadi 19 persen, kini Indonesia menargetkan pembebasan tarif penuh alias nol persen untuk komoditas strategis seperti kelapa sawit, kakao, dan karet.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang memimpin langsung Tim Negosiasi Tarif Indonesia mengatakan, AS mengungkapkan optimisme tinggi bahwa produk-produk unggulan yang tidak dapat diproduksi oleh Amerika Serikat memiliki peluang kuat untuk memperoleh bebas tarif.

“Produk seperti kelapa sawit, kakao, dan karet memiliki potensi besar mendapatkan tarif nol persen. Ini menjadi momentum penting bagi penguatan posisi Indonesia di pasar global,” ujar Airlangga.

Selain sektor pertanian, pemerintah juga mengarahkan perhatian pada komoditas pendukung industri kesehatan, yang kini menjadi bagian dari rantai pasok global. Di sisi lain, berbagai hambatan non-tarif yang selama ini menghambat ekspor Indonesia ke AS juga tengah dibahas secara intensif.


Sawit Setara Default Ad Banner

“Kami memastikan setiap langkah negosiasi mengedepankan kepentingan nasional, tetapi tetap dalam semangat kerja sama yang adil dan saling menguntungkan,” kata Airlangga.

Ia menegaskan bahwa seluruh strategi negosiasi disusun dengan prinsip perdagangan yang berimbang, transparan, dan sesuai regulasi nasional maupun komitmen internasional.

Proses penyusunan dokumen hukum (legal drafting) kini tengah berlangsung untuk memastikan setiap klausul kesepakatan menguntungkan Indonesia. Pemerintah menargetkan pembahasan lanjutan akan digelar pada akhir November 2025, setelah pelaksanaan KTT APEC.

Sawit Setara Default Ad Banner

Sementara itu, Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto menegaskan bahwa pendekatan diplomasi ekonomi Indonesia tetap berlandaskan prinsip bebas dan aktif, mengedepankan kedaulatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

“Setiap kesepakatan ekonomi harus membawa manfaat nyata bagi masyarakat dan memperkuat industri nasional. Indonesia akan tetap menjadi mitra strategis yang mandiri dan netral di tengah dinamika geopolitik global,” tutur Haryo.

Negosiasi ini menjadi bagian dari upaya besar pemerintah untuk memperluas akses pasar dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok global. Bila target nol persen tarif tercapai, ekspor komoditas unggulan nasional berpotensi melonjak dan memberi dorongan signifikan terhadap perekonomian domestik.

Dengan strategi diplomasi ekonomi yang terukur, Indonesia menunjukkan bahwa “berdiri di atas kaki sendiri” bukan berarti menutup diri dari kerja sama, melainkan memastikan setiap perjanjian membawa manfaat maksimal bagi bangsa.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *