
sawitsetara.co - JAKARTA - Industri kelapa sawit nasional terus menunjukkan taringnya di tengah dinamika ekonomi global. Hingga Agustus 2025, produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) Indonesia menembus 39,04 juta ton, melonjak 13,08% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 34,52 juta ton.
Kinerja gemilang ini disampaikan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang mencatat peningkatan ditopang oleh produktivitas kebun yang membaik, konsumsi biodiesel domestik yang terus tumbuh, serta ekspor yang tetap kuat.
“Secara keseluruhan, industri sawit masih mencatat pertumbuhan positif. Produksi naik dua digit, ekspor tetap solid, dan konsumsi dalam negeri semakin bergairah,” ujar Sekjen GAPKI, Hadi Sugeng.

Pada Agustus saja, produksi CPO tercatat 5,06 juta ton, sedikit turun 1% dibanding Juli, sementara PKO mencapai 481 ribu ton. Namun, secara kumulatif, capaian tahunan tetap menanjak tajam.
Dari sisi konsumsi, pasar dalam negeri menunjukkan tren yang tak kalah menarik. Konsumsi sawit nasional naik menjadi 2,1 juta ton, didorong lonjakan permintaan dari sektor energi.
Penggunaan untuk biodiesel bahkan naik 5,71% menjadi 1,11 juta ton, menegaskan peran penting program energi hijau pemerintah.

Konsumsi pangan juga tumbuh 1% menjadi 806 ribu ton, sementara sektor oleokimia sedikit melemah 1,08% menjadi 183 ribu ton.
Dari sisi perdagangan, ekspor produk sawit Agustus memang sedikit terkoreksi menjadi 3,47 juta ton atau turun 1,81% dibanding Juli. Penurunan terbesar terjadi pada ekspor CPO mentah yang anjlok 21%, namun kabar baik datang dari ekspor minyak sawit olahan yang naik 1,56% menjadi 2,34 juta ton.
Menariknya, meski volume ekspor turun, nilai ekspor justru melonjak. Total nilai ekspor Agustus mencapai US$3,82 miliar, naik 3,5% dari bulan sebelumnya. Secara kumulatif, Januari–Agustus 2025, ekspor sawit Indonesia sudah mencapai US$24,78 miliar, atau hampir naik 43% dibanding periode sama tahun lalu atau setara lebih dari Rp380 triliun.

Kenaikan nilai ekspor ini ditopang harga global yang kian menggoda, dengan rata-rata US$1.204 per ton CIF Rotterdam, jauh di atas US$1.009 per ton pada 2024.
GAPKI juga mencatat stok akhir Agustus berada di level 2,54 juta ton, turun 10% dari bulan sebelumnya. Penurunan ini mencerminkan cepatnya pergerakan pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri.
“Rata-rata stok tahun ini lebih rendah sekitar 18%, tapi itu justru pertanda bagus: pasar bergerak cepat dan serapan tinggi,” jelas Hadi.
Dengan permintaan global yang masih solid dan kebijakan biodiesel yang berlanjut, GAPKI optimistis industri sawit akan tetap tumbuh stabil hingga akhir 2025. Bahkan, nilai ekspor berpotensi menembus US$30 miliar bila harga internasional bertahan di level tinggi.
“Momentum positif ini perlu dijaga dengan efisiensi produksi dan keberlanjutan industri. Sawit Indonesia masih jadi pemain kunci dunia,” tegas Hadi.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *