
sawitsetara.co - JAKARTA – Jelang biodiesel 50 persen berbahan baku kelapa sawit atau dikenal dengan nama B50 yang akan diterapkan di awal tahun 2026 justru memukul harga tandan buah segar (TBS) petani dibeberapa tempat, diantaranya Kalimantan Barat (Kalbar).
Indra Rustandi Ketua Dewan Pengurus Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawi Indonesia (DPW APKASINDO) Kalbar mengakui bahwa harga TBS di Kalbar menjelang akan diterapkannya B50 justru mengalami penurunan sekitar Rp200/kilogram (kg).
“Jadi harga untuk kemitraan saat ini sekitar Rp3.200/kg, dimana sebelumnya sekitar Rp3.400/kg. sedangkan harga untuk swadaya saat ini sekitar Rp2.900 – 3000/kg dimana sebelumnya sekitar 3.200/kg,” urai Indra kepada sawitsetara.co, Sabtu (29/11/2025).
Indra petani asal Kalbar, merasa bingung dimana B50 belum diterapkan tapi harga sudah turun sekitar Rp200/kg, bagaimana jika B50 diterapkan mungkin bisa bisa turun lagi.
Seperti diketahui, sebelumnya pemerrintah menjelaskan hilirisasi bisa mendorong harga TBS ditingkat petani.
Indra pun menyayangkan dimana saat harga TBS petani perkebunan kelapa sawit jatuh lalu ditambah dengan tidak adanya subsidi pupuk seperti petani lainnya (padi, jagung, kedelai, singkong, bawang merah, bawang putih, cabai, kakao, kopi, dan tebu-red). “Kita sudah harga jatuh pupuk tidak ada subsidi, dari dulu hingga kini kita hidup mandiri,” tegas Indra.
Bahkan, lanjut Indra, pihaknya sudah mengungkapkan hal tersebut, namun tidak ada respon. “Kita sudah mengungkapkan hal ini kepada DPR tapi tidak ada respon, yang namanya pupuk kita petani sawit tidak pernah dapat subsidi,” jelas Indra.
Lebih dari itu, Indra pesimis dengan lahirnya Permentan Nomor 33 Tahun 2025 untuk mempercepat sertifikasi ISPO untuk pekebun. “Sebab program peremajaan sawit rakyat (PSR) saja dimana petani diberikan dana untuk melakukan peremajaan tapi tetap berjalan lambat, apalagi ISPO dimana petani harus mengeluarkan dana untuk mengurus kelengkapan administrasinya,” papar Indra.
Menurut Indra tidak berjalannya ISPO untuk pekebun, karena pekebun tidak merasakan manfaat dengan sertifikasi ISPO tersebu. Kecuali sertifikasi ISPO memberikan keuntungan atau manfaat bagi pekebunan, maka bukan tidak mungkin petani akan melakukan sertifikasi ISPO.
“Jadi tidak berjalannya ISPO untuk pekebun, karena pekebun tidak merasakan manfaat dengan sertifikasi ISPO,” pungkas Indra.
Tags:
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *