
sawitsetara.co – AGAM – Banjir bandang yang melanda Sumatera Barat telah menyebabkan kerugian besar bagi petani sawit di berbagai wilayah. Jufri Nur, Ketua DPW APKASINDO Provinsi Sumatera Barat, mengungkapkan dampak langsung yang dirasakan oleh petani di wilayah tersebut .
Dalam wawancara via telepon pada Selasa (2/12/2025), Jufri Nur mengungkapkan, banjir bandang telah merendam sebagian besar kebun sawit, menyebabkan terganggunya proses panen dan potensi kerusakan buah sawit yang sudah masak.
“Masalah panen ini, tentu buah itu sudah banyak juga yang masak, enggak bisa dipanen, kena air ke dalamnya," ujar Jufri kepada sawitsetara.
Akibat banjir, banyak lokasi kebun yang tidak dapat diakses, sehingga panen menjadi terhambat. Jufri menyebutkan bahwa sekitar 500 hektar kebunnya sendiri tidak dapat dipanen. Secara keseluruhan, diperkirakan ribuan hektar kebun sawit lainnya juga mengalami nasib serupa.
“Saya aja sekitar 500 hektar 700 hektar lah, dari 1.300 hektar, yang enggak bisa dipanen,” tambahnya, merujuk pada luas kebunnya yang terdampak.
Meskipun demikian, Jufri menjelaskan bahwa banjir bandang belum memberikan pengaruh signifikan terhadap harga TBS (Tandan Buah Segar) di pasaran. Harga TBS masih mengikuti harga CPO (Crude Palm Oil) dunia.
“Kalau harga TBS itu kalau kita lihat ini masih berpatokan dengan harga ini juga, harga CPO dunia juga, masih enggak ada pengaruh,” jelasnya.
Banjir Bandang Tak Hanya Karena Cuaca Ekstrem
Jufri mengaitkan banjir ini dengan kondisi cuaca ekstrem, namun juga menyoroti adanya dugaan penebangan liar sebagai salah satu faktor yang memperparah dampak banjir. Pihaknya mengamati adanya indikasi penebangan liar di sekitar lokasi banjir, yang diduga turut berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan dan memperparah dampak banjir.
“Kita lihat dari potongan-potongan batang pohon itu banyak, banyak batang kayu yang sudah dipotong-potong, indikasi kalau kayu tersebut bekas ditebang,” katanya.
Jufri menyampaikan bahwa situasi pasca banjir masih dalam tahap pemulihan, dengan banyak warga yang masih hilang dan belum ditemukan. “Masih rame itu. Masih ada yang belum ketemu,” katanya. Ia berharap agar proses pemulihan dapat berjalan cepat sehingga masyarakat dapat kembali ke kehidupan normal.
Banjir bandang berdampak luas di berbagai wilayah Sumatera Barat. Kabupaten Agam menjadi salah satu daerah yang paling parah terdampak, dengan banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Di Kota Padang, kerusakan juga terjadi, terutama pada tanaman kelapa dan puing-puing kayu yang terbawa banjir.
“Di Kabupaten Agam ini yang paling banyak ditemukan mayat,” ujar Jufri.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *