KONSULTASI
Logo

Pengaruhi Kinerja Produk Hilir Sawit Indonesia, GIMNI Ungkap Sebab Impor Minyak Sawit India Turun Per September

8 Oktober 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
Pengaruhi Kinerja Produk Hilir Sawit Indonesia, GIMNI Ungkap Sebab Impor Minyak Sawit India Turun Per September
HOT NEWS

sawitsetara.co - JAKARTA - Berdasarkan data The Hindu Business Line, impor minyak sawit India pada September 2025 turun 15,9% secara bulanan menjadi sekitar 833.000 ton metrik, yang merupakan level terendah sejak Mei 2025.

Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) mengidentifikasi penurunan permintaan minyak sawit dari India sebagai akibat dari perbedaan kebijakan perdagangan antara kedua negara. India menerapkan bea masuk yang rendah untuk crude palm oil (CPO), tetapi lebih tinggi untuk produk turunannya.

Direktur Eksekutif GIMNI, Sahat Sinaga, menjelaskan bahwa situasi ini mendorong India untuk lebih banyak mengimpor CPO sebagai bahan baku dari negara lain. “Dengan situasi ini, India cenderung lebih banyak mengimpor CPO sebagai bahan baku dari negara lain agar industri pengolahannya tetap berjalan,” kata Sahat kepada Kontan, Selasa (7/10/2025).

Kondisi ini berdampak pada kinerja ekspor produk hilir sawit Indonesia, yang kehilangan sebagian pangsa pasar di India. Namun, Sahat menilai dampaknya belum signifikan karena keterbatasan produksi dari negara produsen CPO lainnya. India, dengan populasi besar, tetap membutuhkan pasokan minyak nabati dalam volume besar

Lomba Cipta Mars  HUT Apkasindo

“Jadi ada juga mereka Impor produk hilir sawit Indonesia,” tutur Sahat.

Selain kebijakan perdagangan, selisih harga antara minyak sawit dan minyak kedelai (soyoil) juga memengaruhi pola impor India. Harga CPO di pasar Rotterdam mencapai sekitar US$ 1.345 per ton, sementara soyoil US$ 1.043 per ton.

“Ini situasi yang tidak biasa, karena biasanya harga CPO justru lebih rendah sekitar US$ 50–120 per ton dibandingkan soyoil,” ungkap Sahat.

Sahat menyarankan pemerintah Indonesia untuk menyesuaikan strategi penetapan harga ekspor. Ia berpendapat bahwa Indonesia seharusnya tidak mengikuti harga CPO di Rotterdam.

“Indonesia seharusnya tidak mengikuti harga CPO di Rotterdam, karena seluruh biaya produksi CPO di dalam negeri menggunakan rupiah, bukan dolar AS. Jadi, harga CPO Indonesia sebaiknya tetap dijaga di bawah harga soyoil, bukan malah ikut larut dalam permainan harga minyak nabati global,” ujar Sahat.

Tags:

sawit

Berita Sebelumnya
Rahasia di Balik Sawit: Bukan Penyebab Kulit Kusam, Justru Bikin Glowing Alami!

Rahasia di Balik Sawit: Bukan Penyebab Kulit Kusam, Justru Bikin Glowing Alami!

Sejumlah penelitian terbaru membuktikan bahwa minyak sawit memiliki beragam manfaat luar biasa untuk kecantikan dan kesehatan kulit.

7 Oktober 2025 | Edukasi

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *