sawitsetara.co – JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk mempercepat terwujudnya kemandirian energi nasional, melalui strategi bisnis yang selaras dengan arah kebijakan pemerintah. Komitmen tersebut disampaikan Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri pada acara “Indonesia Langgas Berenergi” yang berlangsung di Jakarta (7/8/2025).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang juga hadir dalam acara tersebut menjelaskan bahwa energi nasional saat ini mengalami perubahan besar dibandingkan era 1990-an. Saat ini, angka konsumsi energi lebih tinggi dibandingkan produksi energi, sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional perlu dilakukan impor.
Guna menjawab tantangan tersebut, lanjut Bahlil, Pemerintah melalui visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto menempatkan kemandirian energi sebagai prioritas utama. Sejumlah langkah konkret digulirkan untuk menekan impor bahan bakar minyak (BBM) dengan memanfaatkan potensi energi dalam negeri, diantaranya dengan kelapa sawit.
“Untuk menutupi defisit solar, pemerintah mendorong penerapan B40, yakni campuran 40 persen CPO (crude palm oil/minyak sawit mentah) dengan solar murni. Tahun ini, impor solar sudah turun menjadi sekitar 4 juta ton per tahun, dan tahun 2025 ditargetkan meningkat ke B50, sehingga Indonesia tidak perlu impor solar lagi,” jelas Bahlill.
Selain itu, Bahlil menambahkan, langkah kemandirian energi tidak hanya melalui bahan bakar nabati, tetapi juga dengan mempercepat pengembangan energi baru terbarukan (EBT) seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi.
Pada kesempatan itu juga dibahas tentang bagaimana sinergi antara pemerintah dan BUMN energi menjadi kunci dalam mewujudkan Indonesia yang tangguh dan mandiri energi.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri menegaskan bahwa Pertamina mendorong tercapainya target Pemerintah dalam mewujudkan kemandirian energi nasional.
“Sesuai Asta Cita Presiden Prabowo, Pertamina berkomitmen mendukung kemandirian pangan, energi, dan air. Kami menjalankan strategi dual growth. Pertama, memaksimalkan bisnis eksisting, kedua, mengembangkan bisnis rendah karbon,” terang Simon.
Simon menjelaskan, pada sisi bisnis eksisting, Pertamina terus berupaya meningkatkan produksi minyak dan gas melalui berbagai inovasi teknologi, terutama pada sumur-sumur yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi, subholding upstream Pertamina.
Lebih lanjut, Pertamina juga memperkuat bisnis hilir. Salah satunya dengan meningkatkan kapasitas dan efisiensi kilang, yakni Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang ditargetkan beroperasi pada November 2025.
“Proyek RDMP Balikpapan akan meningkatkan kapasitas pengolahan, menghasilkan produk berkualitas tinggi setara standar Euro 5, dan mengurangi ketergantungan impor BBM,” pungkas Simon.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *