
sawitsetara.co – KUNMING – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) turut menghadiri acara Phoenix Green Agrochemical, pada 17-21 Desember 2025, di Yunnan, China.
Kunjungan ke Kota Kunming ini sekaligus dalam rangka business matching dengan beberapa produsen teknologi dan agri input di Tiongkok.
Adapun APKASINDO diwakili oleh Head of International Relation APKASINDO Dr. (cn) Djono A. Burhan, S.Kom, MMgt (Int. Bus), CC, CL, dan Wakil Ketua Umum DPP APKASINDO Suhendrik.
Pada kunjungan penjajakan potensi kerjasama ini, Djono dan Suhendrik tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk memperluas jaringan demi meningkatkan produktivitas petani sawit Indonesia.

Rasa terima kasih disampaikan kepada Ketua Umum DPP APKASINDO Dr. Gulat Medali Emas Manurung, MP., C.IMA., C.APO, yang sudah mempercayakan hadir di acara bergengsi berskala Internasional tersebut.
“Tidak mudah sampai ke sana dan APKASINDO berkesempatan mengunjungi Kunming dan melakukan beberapa business matching dengan beberapa produsen teknologi dan juga agri-input di China,” kata Djono dalam keterangannya, Minggu (21/12/2025).
Djono mengatakan bahwa dalam business matching ini, penjajakan salah satunya dilakukan dengan LANYUE Technology, produsen terbesar bahan baku agri-input di China.

Dalam diskusinya, Djono menyampaikan bahwa petani kelapa sawit di Indonesia kini sudah bergerak maju keberlanjutan sehingga membutuhkan pupuk dan herbisida yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Kita, petani kelapa sawit Indonesia, tentunya mengutamakan penggunaan bahan baku yang terjamin kualitasnya, ramah lingkungan dan juga ramah dikantong, itu yang menjadi kunci. Kami juga mempromosikan berbagai produk sampingan dari sawit seperti Produk UMKM,” ungkap Djono.
Sementara itu, kata Djono, Zhang Hui perwakilan dari pihak LANYUE Technology menyampaikan bahwa produk mereka sudah operasional sehingga bisa segera dikerjasamakan dan konsepnya adalah saling tukar produk.
“Peluang kerja sama ini merupakan kesempatan bagi petani sawit Tanah Air untuk mengakses produk-produk dan teknologi yang murah dan tepat guna dengan model business to business (B to B),” kata Djono.
Adapun Suhendrik mengatakan potensi pasar bagi produsen teknologi dan agri input China amat besar di Indonesia dan sebaliknya peluang bagi produk UMKM berbasis sawit tentunya.
“LANYUE Technology sangat mengapresiasi dan berkeinginan untuk menindaklanjuti pertemuan ini. Mereka sangat tertarik produk UMKM bsrbasis sawit dan untuk itu juga pihak Lanyue mengundang kita untuk dapat hadir langsung ke pabrik mereka untuk melihat proses produksinya,” kata Suhendrik.

“Kami berharap ke depannya petani sawit selalu diikutkan dalam pertemuan internasional, karena jauh lebih mudah jika memang petani sawit dikedepankan,” lanjutnya.
Sementara itu, Dr Delima Hasri Azahari, selaku Ketua Umum GPPI mengatakan kunjungan ini dimaksudkan untuk membuka peluang meningkatkan produktivitas perkebunan di Indonesia.
“Dan kami bersyukur APKASINDO dapat ikut berkat jalinan kerja sama GPPI di bawah kepemimpinan Dr Delima. Ini contoh TikTo-an sesama stakeholder sawit dan kami berterima kasih ke GPPI. Tentu ini tidak hanya sekedar hadir, tapi wawasan dan jejaring global utamanya,” kata Suhendrik yang juga petani sawit di Kalimantan Utara.
“Bayangkan saja kami petani sawit bisa sampai dan bicara di China dan menyampaikan sawit Indonesia itu sangat berkelanjutan dan 42%-nya dikelola oleh petani sawit,” lanjut Suhendrik.


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *