
sawitsetara.co - GYEONGJU – Ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya ke Amerika Serikat (AS) memang tidaklah terbesar, akan tetapi ekspor ke Negeri Paman Sam menjadi barometer untuk bisa menembus ekspor ke negara lainnya. Atas dasar itulah di sela-sela rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2025 di Gyeongju, Korea Selatan Presiden RI Prabowo Subianto menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat terkait penerapan tarif nol persen untuk sejumlah komoditas masih terus berlangsung.
Negosiasi tersebut menjadi bagian dari upaya memperluas kerja sama perdagangan antara kedua negara, khususnya untuk komoditas tertentu yang menjadi unggulan ekspor Indonesia.

Lebih lanjut, seperti diketahui bahwa komodias kelapa sawit masih menajdi penggerak utama pertumbuhan ekonomi sektor industry agro. Industri agro merupakan salah satu sektor strategis yang memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Melalui kontribusi besarnya, selama ini industri agro menjadi motor utama dalam peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, penciptaan lapangan kerja, dan mampu berdaya saing di kancah global.
“Pada semester I tahun 2025, sektor industri agro mencatatkan kontribusi sebesar 52,07 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas, kemudian memberikan andil hingga 8,96 persen terhadap PDB nasional, dan tumbuh positif mencapai 4,99 persen. Dari sisi perdagangan luar negeri, Menperin mengemukakan, sektor industri agro juga menunjukkan kinerja yang gemilang dengan nilai ekspor menembus USD37,38 miliar dan surplus neraca dagang sebesar USD26,96 miliar,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam keterangan tertulis kepada sawitsetara.co.

Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyampaikan, Indonesia dikenal sebagai salah satu kekuatan besar dunia dalam industri agro. Saat ini, Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan produksi lebih dari 51 juta ton CPO dan CPKO per tahun.
Sementara itu, industri berbasis karet nasional menempati posisi kedua terbesar di dunia dengan produksi mencapai 3,32 juta ton per tahun. Di sisi lain, industri rumput laut Indonesia juga berada di posisi ketiga dunia dalam hal produksi, menjadikan komoditas ini sebagai salah satu unggulan ekspor yang bernilai tinggi.
Selanjutnya, industri pulp dan kertas, kopi, teh, kakao olahan, hasil laut, serta produk pangan olahan berbasis tebu, susu, dan buah-buahan, juga memberikan kontribusi besar terhadap ekspor dan penyerapan tenaga kerja nasional.
“Industri agro Indonesia tidak hanya berperan sebagai tulang punggung ekonomi nasional, tetapi juga sebagai lokomotif utama peningkatan daya saing ekspor berbasis sumber daya alam terbarukan,” pungkas Putu.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *