sawitsetara.co – JAKARTA – Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Bayu Krishna Murti, menyampaikan pandangannya mengenai kondisi industri kelapa sawit Indonesia dalam perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-25 Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) yang digelar di Thamrin City, Jakarta, pada Selasa (28/10/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Bayu menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap berbagai tantangan yang dihadapi industri sawit saat ini. Ia mengingatkan bahwa sawit Indonesia sedang diuji dan harus mampu mengatasi berbagai masalah internal agar tidak kehilangan keunggulan yang telah diraih.
“Sawit Indonesia saat ini sedang dalam ujian, betul-betul sedang dalam ujian. Dan saya berkali-kali dari dulu mengatakan tidak ada yang bisa mengalahkan sawit Indonesia, kecuali dirinya sendiri. Nah, sekarang ini kita betul-betul ditunjukkan itu,” ujar Prof. Bayu.
Prof. Bayu juga menyoroti beberapa isu krusial yang perlu mendapat perhatian serius, seperti harga sawit yang lebih mahal dari kedelai. Ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap harga sawit yang saat ini lebih mahal 300 dolar dari kedelai. Ia mengingatkan potensi peralihan konsumen ke negara lain seperti Bangladesh, Pakistan, dan India.
“Itu bahaya sekali. Karena kalau sudah demikian, maka konsumen-konsumen kita yang nyarinya minyak nabati bersaing, tidak murah, tapi bersaing, itu akan beralih,” jelasnya.
Selain itu Prof. Bayu turut menyoroti potensi risiko dari kebijakan biodiesel jika tidak dikelola dengan baik. Ia memperingatkan bahwa biodiesel yang awalnya bertujuan membantu, justru bisa menjadi penyebab penurunan harga sawit. Jika dipaksakan, kata dia, kebijakan kemandirian energi lewat sawit ini justru jadi
“Kalau dipaksakan pada kondisi seperti sekarang B50 itu akan menjadi genta kematian sawit,” tegasnya.
Masalah Lahan dan Regenerasi
Tantangan lain yang disoroti guru besar IPB adalah masalah lahan dan perlunya regenerasi sawit, baik dari segi kebun maupun sumber daya manusia. Prof. Bayu mengapresiasi usia APKASINDO yang telah mencapai 25 tahun dan berharap asosiasi tersebut dapat terus berpikir dan bertindak secara dewasa dalam menghadapi tantangan industri sawit.
“APKASINDO sudah sampai 25 tahun, tapi ada masalah-masalah besar yang membuat APKASINDO juga harus berpikir, bertindak, berlaku besar. Berlaku sebagai layaknya orang dewasa yang memikirkannya tidak sesaat, tidak jangka pendek, tapi sesuatu yang jangka panjang,” tutupnya.


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *