
sawitsetara.co – JAKARTA – Pakistan, sebagai salah satu negara dengan populasi besar, mengalami peningkatan signifikan dalam konsumsi minyak nabati sejak 1980. Ketergantungan pada pasokan luar negeri meningkat seiring dengan pertumbuhan konsumsi, menjadikan Sawit Indonesia sebagai pemain kunci dalam memenuhi kebutuhan industri pangan nasional Pakistan.
Berdasarkan data BPDP, sebagaimana dikutip Hai Sawit, konsumsi minyak nabati di Pakistan melonjak dari 676 ribu ton pada 1980 menjadi 4,64 juta ton pada 2018. Peningkatan ini jauh melampaui kapasitas produksi dalam negeri, yang hanya mencapai sekitar 1,3 juta ton pada 2018.
Kenaikan konsumsi ini didorong oleh:
1. Peningkatan Konsumsi Rumah Tangga:
Pertumbuhan populasi dan perubahan gaya hidup masyarakat Pakistan meningkatkan permintaan akan minyak nabati untuk kebutuhan sehari-hari.
2. Pertumbuhan Industri Pangan:
Industri pangan Pakistan, khususnya yang memproduksi vanasphati ghee, membutuhkan pasokan minyak sawit dalam volume besar.
Menurut penelitian dari Pakistan Journal of Agricultural Sciences, peningkatan konsumsi minyak nabati juga terkait dengan urbanisasi dan peningkatan pendapatan masyarakat. Perubahan pola makan, dengan peningkatan konsumsi makanan olahan dan makanan cepat saji, juga berkontribusi pada peningkatan permintaan minyak nabati.
Dominasi Sawit Indonesia di Pasar Pakistan
Sawit Indonesia memainkan peran dominan di pasar minyak nabati Pakistan. Pangsa pasar sawit mencapai 66% pada 2018, jauh mengungguli minyak cottonseed, rapeseed, kedelai, dan biji bunga matahari. Keunggulan ini didukung oleh:
1. Kualitas dan Ketersediaan:
Sawit Indonesia dikenal memiliki kualitas yang baik dan pasokan yang stabil, yang sangat penting bagi industri pangan Pakistan.
2. Harga yang Kompetitif:
Harga sawit yang relatif terjangkau dibandingkan dengan minyak nabati lainnya membuat sawit menjadi pilihan utama bagi industri pangan.
Industri pangan Pakistan menyerap sekitar 95% pasokan minyak sawit. Penggunaan utama meliputi vanasphatiyakni lemak pangan semi-padat yang digunakan secara luas dalam kebutuhan harian masyarakat.
Sawit memiliki titik leleh ideal yang cocok untuk produksi vanasphati ghee. Selain itu, juga untuk margarin, minyak goreng, shortening, dan produk susu juga menggunakan sawit sebagai bahan baku.
Menurut laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO), sawit memiliki keunggulan dalam hal produktivitas per hektar dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Hal ini menjadikan sawit sebagai pilihan yang efisien dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati global.
Menurut data dari Indonesian Palm Oil Association (GAPKI), ekspor sawit Indonesia ke Pakistan terus meningkat dari tahun ke tahun, menunjukkan hubungan perdagangan yang kuat dan saling menguntungkan.
Peningkatan konsumsi minyak nabati di Pakistan ini menciptakan peluang besar bagi Sawit Indonesia. Dominasi sawit di pasar Pakistan, terutama dalam industri pangan, menunjukkan peran strategisnya dalam memenuhi kebutuhan nasional.
Dengan permintaan yang stabil dan potensi pertumbuhan yang berkelanjutan, hubungan perdagangan antara Indonesia dan Pakistan dalam sektor sawit akan terus memainkan peran penting dalam perekonomian kedua negara.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *