KONSULTASI
Logo

Stok Minyak Sawit Malaysia Diramal Menyusut Jelang Akhir Tahun, Harga Diprediksi Stabil di Tengah Ketidakpastian Pasokan Global

1 Oktober 2025
AuthorDwi Fatimah
EditorDwi Fatimah
Stok Minyak Sawit Malaysia Diramal Menyusut Jelang Akhir Tahun, Harga Diprediksi Stabil di Tengah Ketidakpastian Pasokan Global

sawitsetara.co - Stok minyak sawit Malaysia diperkirakan akan menurun secara signifikan dalam beberapa bulan mendatang dan ditutup pada kisaran 1,7 juta ton metrik pada akhir tahun. Penurunan ini terjadi seiring dengan memasuki musim perlambatan produksi dan meningkatnya ekspor untuk memenuhi permintaan global menjelang musim perayaan akhir tahun.

Menurut Direktur Jenderal Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Ahmad Parveez Ghulam Kadir, produksi minyak sawit mulai menunjukkan tanda-tanda pelambatan setelah kuartal ketiga yang biasanya merupakan periode produksi puncak. Sementara itu, permintaan dari pasar luar negeri, terutama untuk memenuhi kebutuhan menjelang Natal dan Tahun Baru, diperkirakan melonjak.

"Produksi mulai melambat, dan kami memperkirakan ekspor akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang karena permintaan musim perayaan," ujarnya.

Data MPOB menunjukkan bahwa stok minyak sawit Malaysia pada Agustus naik 4,18 persen dibanding bulan sebelumnya, mencapai 2,2 juta ton tertinggi sejak Desember 2023. Namun, tren ini diperkirakan akan berbalik menjelang akhir tahun karena dua faktor utama penurunan produksi musiman dan lonjakan ekspor.

Harga minyak sawit mentah (CPO) dalam beberapa pekan terakhir mengalami tekanan akibat turunnya harga minyak kedelai secara global, yang membuat minyak sawit menjadi kurang kompetitif di pasar internasional. Negara importir utama seperti India pun mulai mengalihkan permintaan ke minyak kedelai yang lebih murah.

Namun demikian, Kadir optimis harga minyak sawit akan tetap relatif stabil dalam waktu dekat. Pasalnya, ketidakpastian dari sisi pasokan khususnya dari Indonesia berpotensi menahan tekanan harga lebih lanjut.

“Faktor ketidakpastian dari pasar Indonesia, seperti kebijakan biodiesel B50 dan penyitaan lahan sawit, bisa menghambat ekspor mereka dan memberi dukungan pada harga CPO global,” jelas Kadir.


Sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia saat ini mengimplementasikan campuran biodiesel B40 (40% minyak sawit), dan berencana menaikkannya ke B50 mulai tahun depan. Peningkatan permintaan domestik untuk biodiesel ini dapat mengurangi volume ekspor ke pasar global.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah menyita 674.178 hektare lahan sawit yang sebelumnya tidak memiliki izin legal yang sah, dan menyerahkannya kepada BUMN Agrinas Palma Nusantara, menambah total lahan yang dikelola perusahaan negara itu menjadi 1,5 juta hektare. Langkah ini dinilai dapat menimbulkan gangguan sementara terhadap produksi dan distribusi.

Sementara itu, Malaysia menghadapi tantangan dari sisi produktivitas akibat lambatnya program peremajaan tanaman kelapa sawit yang sudah tua. MPOB telah meminta pemerintah menaikkan alokasi anggaran menjadi 280 juta ringgit pada 2026, naik dari 100 juta ringgit pada tahun ini, guna mempercepat upaya peremajaan demi meningkatkan hasil jangka panjang.

Tags:

EkonomiMinyak sawit Malaysia

Berita Sebelumnya
Harga TBS Sawit Plasma Riau Periode 1–7 Oktober 2025 Naik, Umur 9 Tahun Tertinggi

Harga TBS Sawit Plasma Riau Periode 1–7 Oktober 2025 Naik, Umur 9 Tahun Tertinggi

Dinas Perkebunan Provinsi Riau menetapkan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit untuk skema Kemitraan Plasma periode 1 hingga 7 Oktober 2025

30 September 2025 | Harga TBS

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *