sawitsetara.co – WAJO – Sebanyak 110 peserta dari Kabupaten Wajo, yang terdiri dari pekebun, keluarga pekebun, pendamping, dan penyuluh, mengikuti Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Tahun 2025 Angkatan 1–4 Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan digelar di Makassar dan praktik langsung di kebun PTPN XIV Kabupaten Wajo. Pelatihan ini merupakan bagian dari program kolaborasi antara Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDPKS), Direktorat Jenderal Perkebunan, dan IPB Training, dengan tujuan memperkuat kapasitas sumber daya manusia perkebunan sawit.
Pembukaan pelatihan pada 16 September berlangsung sederhana namun khidmat. Beberapa tokoh hadir memberikan sambutan, antara lain Dr. Ir. Hariyadi, MS, mewakili tim trainer IPB Training; Dr. M. Apuk Ismane dari BPPSDMP; Mula Putra, SE., MSc, Ketua Kelompok Pemberdayaan dan Kelembagaan Kelapa Ditjenbun; serta Hj. Andi Nurliyani, SP, M.Si, Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Wajo. Tak ketinggalan, Plt. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Abdul Gafar, SP., MM, turut hadir, menandai dimulainya rangkaian pelatihan yang dirancang untuk memberi bekal komprehensif bagi pekebun di Wajo.
Pelatihan menghadirkan enam trainer berpengalaman. Dr. Ir. Hariyadi, MS dikenal sebagai pakar budidaya kelapa sawit sekaligus auditor Indonesian Sustainable Palm Oil dan ahli analisis dampak lingkungan. Dr. Ir. Budi Nugroho, M.Si mengisi sesi ilmu tanah, kesuburan, dan pemupukan. Ir. Sri Hermawan fokus pada budidaya dan administrasi perkebunan, sementara Abdul Rosid, SE menekankan praktik pengelolaan kebun dan asesmen lahan. Hafith Furqoni, Ph.D berbagi ilmu nutrisi tanaman dan manajemen pengairan, dan Dr. Ir. Abdul Qodir, MS mengupas produksi benih serta pemodelan produksi.
Materi pelatihan dibagi dalam tiga fokus utama: persiapan benih, bahan tanam, dan lahan; pemeliharaan tanaman; serta pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). “Tujuannya, agar pekebun mampu mengelola kebun produktif dan berkelanjutan,” kata Dr. Hariyadi. Peserta didorong memahami setiap langkah, mulai dari menyiapkan lahan, memilih benih unggul, teknik penanaman, hingga pengelolaan tanaman baik yang belum menghasilkan (TBM) maupun yang sudah menghasilkan (TM).
Selama lima hari, pelatihan berlangsung padat. Hari pertama menitikberatkan pada regulasi dan kebijakan perkebunan, sekaligus pengenalan benih unggul dan persiapan lahan. Hari kedua lebih praktis, membahas teknik penanaman dan pemeliharaan TBM. Hari ketiga diarahkan pada pemeliharaan TM serta pengendalian OPT, termasuk hama, penyakit, dan gulma. Hari keempat dipenuhi praktik lapangan, integrasi materi, dan evaluasi melalui post-test dan kuesioner. Puncaknya, hari kelima diisi kunjungan lapangan ke kebun PTPN XIV, di mana peserta dapat menyaksikan langsung praktik budidaya yang sesuai standar.
Kunjungan lapangan mendapat apresiasi tinggi. Para peserta berkesempatan berdialog langsung dengan pengelola kebun, mengamati praktik pemupukan, pemeliharaan, hingga pengendalian hama dan penyakit. Praktikum ini memberi gambaran nyata yang kelak bisa diterapkan di kebun masing-masing. Randi, salah satu peserta, menuturkan, “Penyampaian materi sangat bagus dan lengkap. Menarik. Semoga pelatihan seperti ini terus diadakan agar petani benar-benar mengerti budidaya sawit sesuai prosedur.”
Selain praktik, pelatihan menekankan interaksi. Peserta tidak hanya menerima materi, tetapi juga aktif bertanya, berdiskusi, dan berbagi pengalaman. “Pertemuan ini menjadi media tukar pengalaman antarpekebun. Banyak ilmu langsung dari lapangan yang tidak kita temukan di buku,” ujar Hafith Furqoni, Ph.D.
Pelatihan ini juga menjadi sarana memperluas jejaring antara pekebun, penyuluh, dan praktisi. Kolaborasi seperti ini penting untuk meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Direktur BPDPKS, melalui perwakilannya, menekankan bahwa program ini sejalan dengan target nasional peningkatan kapasitas pekebun, sekaligus mendorong praktik budidaya berkelanjutan.
Dengan berakhirnya pelatihan, diharapkan peserta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dan menyebarkannya ke pekebun lain di Wajo. Peningkatan kapasitas SDM di sektor perkebunan sawit diyakini akan mendorong produktivitas, mendukung praktik berkelanjutan, dan berkontribusi pada pembangunan perkebunan kelapa sawit nasional.
“Pelatihan ini bukan sekadar teori. Kita ingin hasilnya nyata di lapangan, kebun lebih produktif, pengelolaan lebih efisien, dan pekebun lebih mandiri,” kata Mula Putra. Semangat inilah yang menjadi benang merah seluruh rangkaian kegiatan lima hari di Makassar dan Wajo, memperlihatkan bahwa investasi terbesar bukan hanya pada lahan, tapi juga pada manusia yang mengelolanya.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *