KONSULTASI
Logo

Ditengah Gejolak Pasar, Sawit Masih Jadi Tulang Punggung Ekonomi Indonesia

25 September 2025
AuthorTim Redaksi
EditorEditor
Ditengah Gejolak Pasar, Sawit Masih Jadi Tulang Punggung Ekonomi Indonesia

sawitsetara.co – PALEMBANG — Di tengah gejolak pasar global dan fluktuasi harga komoditas, industri kelapa sawit tetap menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Hingga Mei 2025, nilai ekspor produk sawit mencapai USD15,38 miliar, menegaskan peran strategis sektor ini dalam menjaga surplus neraca perdagangan nasional.


Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Susanto, menekankan bahwa industri sawit bukan hanya penyumbang devisa negara. Lebih dari 16,2 juta kepala keluarga, termasuk petani, pekerja, dan pelaku usaha, bergantung pada rantai pasok sawit untuk penghidupan mereka.


“Kelapa sawit tetap menjadi sektor ekspor terbesar Indonesia, bahkan di tengah tantangan global. Kontribusi ini tidak bisa dipandang sebelah mata,” kata Susanto dalam laman GAPKI.


Meski sempat mencetak rekor ekspor tertinggi sepanjang sejarah pada 2022 sebesar USD39,28 miliar, nilai ekspor turun menjadi USD27,76 miliar pada 2024 akibat tantangan global dan dinamika pasar internasional. Namun, sektor ini tetap menunjukkan kontribusi signifikan bagi perekonomian.


Susanto menyoroti kabar baik dari sektor hulu. Harga Tandan Buah Segar (TBS) plasma di Palembang tercatat lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, meningkatkan pendapatan petani plasma yang menjadi bagian penting dari rantai pasok sawit nasional.


Kolaborasi antara perusahaan inti dan perkebunan plasma dinilai kunci kesuksesan industri. Sinergi ini diharapkan terus diperkuat agar industri sawit tetap berdaya saing, berkelanjutan, dan mampu menjawab tantangan masa depan.


Stagnasi Produksi dan Inovasi PSR


Meski kinerja industri solid, GAPKI mengingatkan adanya tantangan stagnasi produksi dalam lima tahun terakhir. Kebutuhan sawit untuk pangan, energi, dan industri terus meningkat, sehingga percepatan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) menjadi krusial.


Untuk mendukung peningkatan produksi, GAPKI bersama Kementerian Pertanian dan BPDPKS telah mendatangkan Sumber Daya Genetik (SDG) kelapa sawit terbaru serta serangga penyerbuk dari Tanzania. Saat ini, inovasi tersebut tengah melalui proses aklimatisasi dan pengujian di PT Socfin Indonesia dan PPKS Medan, sebelum diterapkan lebih luas di lapangan.


“Program PSR dan inovasi hulu ini penting agar produksi sawit meningkat, petani sejahtera, dan Indonesia tetap menjadi pemain utama di pasar global,” pungkas Susanto.


Berita Sebelumnya
Prof. Bungaran: Koperasi Tani Kunci untuk Memperbaiki Nasib Petani

Prof. Bungaran: Koperasi Tani Kunci untuk Memperbaiki Nasib Petani

Jumlah total petani pengguna lahan di Indonesia menurut hasil Sensus Pertanian 2023 (ST2023) adalah

24 September 2025 | Edukasi

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *