
sawitsetara.co – JAKARTA – Masalah pada bibit kelapa sawit, baik yang disebabkan oleh faktor genetik maupun kesalahan teknis dalam pembibitan, harus menjadi perhatian serius. Kerugian petani akibat bibit yang tidak berkualitas sangat signifikan, dengan potensi produksi yang jauh berkurang.
Berbagai jenis abnormalitas pada bibit sawit dapat diidentifikasi, mulai dari khimera (kelainan klorofil), titik tumbuh yang tidak normal, pelepah serta anak daun tegak dan kurang membuka, hingga daun yang menggulung dan penyakit tajuk.
Bibit sawit abnormal yang disebabkan oleh faktor genetik tidak dapat disembuhkan. Sehingga harus diapkir dan dimusnahkan. Namun, tidak semua bibit yang bermasalah harus berakhir sia-sia. Bibit yang mengalami abnormalitas akibat kesalahan teknis, seperti etiolasi, mudah rebah, atau kekurangan unsur hara, masih memiliki peluang untuk diperbaiki.

Menurut Lubis (2008), dalam Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia (Edisi ke-2), Pusat Penelitian Kelapa Sawit, keberadaan tanaman sawit abnormal di lapangan sangat merugikan. Karena, tidak dapat berproduksi dan bila berproduksi hanya 25-50% dari produksi tanaman normal.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Pertanian RI telah mengeluarkan pedoman teknis melalui Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 26/Kpts/KB.020/05/2021. Standar teknis pembibitan kelapa sawit yang sesuai diharapkan dapat mencegah abnormalitas dan meningkatkan kualitas bibit.
Dilansir dari laman mmc.kalteng.go.id, berikut sederet penyebab bibit kelapa sawit tak sesusai standar:
1. Penerapan pembibitan tak sesuai
Salah satu masalah utama adalah penerapan pembibitan yang tidak sesuai. Pembibitan kelapa sawit idealnya dilakukan dalam dua tahap (double stage), terutama untuk bibit lebih dari 2.000 batang. Namun, seringkali pembibitan satu tahap (single stage) diterapkan, yang menyebabkan bibit kurang optimal.

2. Pemilihan lahan
Pemilihan lokasi pembibitan juga krusial. Lahan gambut atau area yang mudah tergenang air sangat tidak disarankan. Sebaliknya, lahan mineral dengan drainase baik, sumber air yang memadai, dan akses jalan yang layak adalah pilihan terbaik.
3. Penanaman bibit dangkal
Teknik penanaman yang kurang tepat juga menjadi penyebab masalah. Penanaman yang terlalu dangkal dapat menyebabkan bibit mudah rebah, sementara kesalahan dalam menempatkan bakal daun dan akar akan mengganggu pertumbuhan.
4. Kecambah terlambat ditabam
Keterlambatan penanaman kecambah, jarak tanam yang terlalu rapat, dan gulma yang tidak terkendali juga menjadi perhatian. Hal ini dapat merusak kecambah, memicu penyebaran penyakit, dan menghambat pertumbuhan bibit.

5. Penggunaan herbisida tak tepat dan penyiraman keliru
Penggunaan herbisida yang tidak tepat dan teknik penyiraman yang keliru juga memberikan dampak negatif. Kerusakan daun akibat herbisida dan pertumbuhan tidak merata akibat penyiraman yang salah adalah contohnya.
6. Salah dosis pemupukan
Dosis pemupukan yang tidak sesuai dan waktu pemindahan bibit yang tidak tepat dari pre nursery ke main nursery juga menjadi faktor penting. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan nutrisi atau efek hangus pada bibit.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *