
sawitsetara.co – JAKARTA – Potensi industri kelapa sawit telah memicu minat banyak pihak untuk turut menjadi petani sawit. Namun, kendati prospeknya menjanjikan, berkebun kelapa sawit tak boleh keliru sejak awal. Sebab, berbeda dengan komoditas lain, tanaman kelapa sawit bakal berumur puluhan tahun.
Bagi mereka yang tertarik memulai bertani kelapa sawit, langkah awal yang krusial adalah memilih jenis lahan atau tanah yang tepat. Pemilihan lahan dan jenis tanah yang sesuai sangat penting untuk memastikan pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang optimal.
Lantas jenis lahan seperti apa yang ideal untuk kelapa sawit?
Dilansir dari Infosawit.com, praktisi perkebunan kelapa sawit nasional Arie Malangyodo, mengatakan, meskipun mayoritas tanah dan iklim di Indonesia dianggap cocok untuk perkebunan kelapa sawit, pemahaman lebih lanjut terkait lahan yang diperlukan komoditas ini tetap harus menjadi perhatian.

Adapun kelapa sawit dapat tumbuh subur di wilayah tropis dengan suhu optimal antara 28-32 derajat Celsius sepanjang tahun. Sedangkan ketinggian ideal yang tepat yakni antara 1 hingga 500 meter di atas permukaan laut, dengan laju embusan angin 5-6 km/jam guna membantu proses penyerbukan.
Selain itu, kelapa sawit membutuhkan sekitar 5-7 jam sinar matahari per hari, sehingga penyinaran matahari yang cukup juga penting. Sinar matahari mendukung proses fotosintesis yang kuat, pelepah daun yang optimal, sehingga menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) yang melimpah.
Kelapa sawit juga memerlukan air yang cukup untuk tumbuh optimal. Jika curah hujan kurang dari 1.500 mm per tahun dan musim kemarau berlangsung lebih dari 5 bulan, pertumbuhan pelepah daun dapat terhambat.

Jenis Lahan yang Cocok untuk Perkebunan Kelapa sawit
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh subur di jenis tanah yang relatif datar, memiliki lapisan tanah yang tebal, dan tidak tergenang air. Beberapa jenis tanah yang cocok untuk budidaya kelapa sawit meliputi:
1. Latosol
Tanah ini dikenal dengan warna merah hingga kecoklatan dan cocok untuk kelapa sawit, padi, karet, palawija, dan kopi. Sifatnya mudah menyerap air, merupakan jenis tanah dalam, mengandung bahan organik sedang, dan memiliki pH netral hingga asam.
Dilansir dari faperta.umsu.ac.id, konsistensi tanah latosol gembur dengan struktur berupa remah, pH-nya berkisar antara 4,5 hingga 6,5 (kategori asam-agak asam). Bahan organik di dalamnya sekitar 3% hingga 9%, mengandung unsur hara tinggi terlihat dari warnanya (semakin merah semakin sedikit).
2. Organosol

Istilah organosol berakar dari dua kata yaitu organic (organik) dan soil (tanah). Tanah ini disebut juga sebagai tanah gambut, yakni jenis tanah yang banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah jenis ini banyak ditemui di daerah beriklim basah dan curah hujan yang cukup tinggi sekitar lebih dari 2.500 mm per tahun. Kelapa sawit sangat cocok ditanam di tanah gambut karena kandungan asamnya yang tinggi.
3. Aluvial
Tanah ini terbentuk dari pengendapan material halus dari aliran sungai. Cocok untuk kelapa sawit, buah-buahan, palawija, padi, dan aren. Ciri-cirinya berwarna kelabu, struktur tanah terpisah-pisah, dan tingkat kesuburan dipengaruhi oleh jenis material yang dibawa sungai.
Beberapa daerah di Indonesia yang memiliki tanah aluvial yakni Sumatera, Jawa bagian utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Halmahera, serta Papua bagian selatan.

Sebelum memutuskan untuk menanam kelapa sawit, pastikan lahan cocok ditanami komoditas ini.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *