
sawitsetara.co - JAKARTA - Tahun 1998, lima tahun setelah berdiri. KKKK sudah sukses sebagai credit union. Anggota bertambah, simpanan tumbuh, pinjaman lancar. Tapi ada kegelisahan di antara pendiri.
Seorang ibu anggota datang ke kantor. "Saya butuh pinjaman untuk tambah modal warung," katanya. Diberikan. Tapi kemudian ia kembali. "Saya sudah dapat pinjaman, tapi barang di warung susah dijual. Harga dari distributor di kota mahal."
Seorang petani anggota lain mengeluh: "Saya sudah dapat pinjaman untuk beli bibit karet unggul. Hasilnya bagus. Tapi harga di tingkat tengkulak jatuh. Saya tetap rugi."
Para pendiri KKKK tersadar: memberi pinjaman saja tidak cukup. Anggota butuh lebih dari uang. Mereka butuh:
1. Akses bahan baku dengan harga wajar
2. Akses pasar yang adil
3. Akses pengetahuan untuk meningkatkan produktivitas
4. Jaringan untuk saling mendukung
Dari kegelisahan ini, lahir sebuah visi revolusioner: KKKK harus berevolusi dari credit union menjadi ekosistem ekonomi terintegrasi.
Dan inilah yang terjadi 25 tahun kemudian: dari hanya simpan pinjam, KKKK kini memiliki:
· Keling Kumang Mart (retail)
· Koperasi Produsen (agro-processing)
· Ladja Hotel (hospitality)
· Agrowisata Kelam (ecotourism)
· ITKK (education)
· Keling Kumang Express (logistics)
· Dan puluhan unit usaha lain
Semua terintegrasi. Semua saling mendukung. Semua melayani kebutuhan anggota dari sejak buaian sampai liang lahat.

BAGIAN I: FILOSOFI LAYANAN TERINTEGRASI KUANTUM
Sistem Terintegrasi vs Sistem Terisolasi
Dalam fisika klasik, sistem dipelajari secara terpisah. Dalam fisika kuantum, semua terhubung (quantum entanglement). Apa yang terjadi pada satu partikel mempengaruhi partikel lain, meski terpisah jauh.
Di KKKK, layanan terintegrasi bekerja dengan logika kuantum:
Contoh terintegrasi:
Seorang petani kakao anggota KKKK:
1. Pinjam modal dari unit simpan pinjam untuk kebun
2. Beli pupuk organik dari Koperasi Produsen (lebih murah 30%)
3. Panen dijual ke Koperasi Produsen (harga 20% lebih tinggi dari tengkulak)
4. Kakao diolah jadi coklat di pabrik Koperasi Produsen
5. Coklat dijual di Keling Kumang Mart (margin kembali ke anggota)
6. Keuntungan sebagian disimpan di simpanan, sebagian untuk pendidikan anak di ITKK
7. Anak kuliah di ITKK, belajar teknologi pertanian
8. Lulusan kembali bantu orangtua tingkatkan produktivitas
Siklus tertutup, nilai tambah berlapis, keuntungan berputar dalam ekosistem.
Prinsip Emergensi: Keseluruhan Lebih Besar dari Jumlah Bagian
Dalam sistem kompleks, emergence adalah fenomena di mana sistem secara keseluruhan menunjukkan sifat-sifat yang tidak dimiliki bagian-bagiannya secara terpisah.
Ekosistem KKKK menunjukkan emergensi:
· Unit simpan pinjam sendiri: hanya intermediasi keuangan
· Koperasi Produsen sendiri: hanya pengolahan hasil pertanian
· Keling Kumang Mart sendiri: hanya ritel
Tapi ketika terintegrasi: mereka menciptakan ekonomi sirkular komunitas di mana:
1. Uang berputar dalam komunitas (multiplier effect lokal)
2. Nilai tambah dinikmati anggota (bukan bocor ke luar)
3. Pengetahuan mengalir secara organik (learning by doing bersama)
4. Kepercayaan menguat (transaksi internal mengurangi risiko)
Hasil emergensi: KKKK bukan sekedar kumpulan unit usaha, tapi organisme ekonomi hidup yang bernapas, tumbuh, dan bereproduksi.
Superposisi Nilai: Ekonomi, Sosial, Budaya, Spiritual
Layanan terintegrasi KKKK berada dalam superposisi nilai:
Setiap transaksi di Keling Kumang Mart sekaligus adalah:
1. Transaksi ekonomi: jual beli barang
2. Transaksi sosial: pertemuan anggota, sharing informasi
3. Transaksi budaya: penjualan produk lokal, pelestarian kearifan
4. Transaksi spiritual: kepercayaan bahwa uang yang dibelanjakan akan kembali ke komunitas
Tidak ada "pure economic transaction". Semua transaksi multi-dimensional.

BAGIAN II: ARSITEKTUR LAYANAN TERINTEGRASI
Rantai Nilai Lengkap dari Hulu ke Hilir
KKKK membangun rantai nilai terintegrasi untuk komoditas utama:
Contoh: Komoditas Kakao
HULU (Produksi):
1. Kredit usaha tani kakao
2. Penyediaan bibit unggul bersubsidi
3. Pelatihan good agricultural practices
4. Asuransi tanaman
TENGAH (Pengolahan):
1. Pembelian hasil panen dengan harga wajar
2. Pengolahan jadi produk setengah jadi (cocoa butter)
3. Pengolahan jadi produk akhir (coklat batang, permen)
4. Quality control dan sertifikasi
HILIR (Pemasaran):
1. Penjualan di Keling Kumang Mart
2. Distribusi ke hotel dan restoran via Ladja Hotel network
3. Ekspor melalui jaringan koperasi internasional
4. Branding "Kakao Keling Kumang"
DAUR ULANG NILAI:
1. Keuntungan kembali ke anggota melalui SHU
2. Bagian keuntungan untuk riset di ITKK
3. Hasil riset untuk tingkatkan produktivitas di hulu
Efek integrasi:
· Margin yang biasanya dinikmati tengkulak, distributor, retailer: dikembalikan ke petani
· Estimasi: petani anggota dapat 60% lebih tinggi dari harga pasar konvensional
· Stabilitas harga: tidak fluktuatif karena ada buffer dari pengolahan dan pemasaran
Spin-Out Strategy: Mandiri Tapi Terhubung
KKKK tidak membangun semua unit usaha di dalam satu struktur. Mereka menggunakan strategi spin-out:
Prinsip spin-out:
1. Identifikasi kebutuhan anggota yang belum terlayani
2. Bentuk unit usaha khusus dengan fokus spesifik
3. Berikan otonomi operasional tapi dengan nilai inti yang sama
4. Jaga integrasi strategis melalui kepemilikan silang dan aliran informasi
Contoh spin-out sukses:
Keling Kumang Mart (spin-out 2005):
· Latar belakang: anggota butuh akses barang konsumsi dengan harga wajar
· Model: supermarket milik anggota, untuk anggota
· Integrasi: menerima produk dari Koperasi Produsen, memberi diskon untuk anggota
· Kinerja 2024: 15 outlet, omset Rp 200 miliar/tahun
Ladja Hotel (spin-out 2010):
· Latar belakang: butuh tempat pertemuan dan akomodasi yang terjangkau
· Model: hotel bintang 3 dengan fasilitas meeting
· Integrasi: jadi tempat pelatihan, rapat, promosi produk anggota
· Kinerja: okupansi 80%, ROI 5 tahun
ITKK (spin-out 2020):
· Latar belakang: kebutuhan pendidikan tinggi yang terjangkau dan relevan
· Model: institut teknologi dengan kurikulum terintegrasi koperasi
· Integrasi: mahasiswa magang di unit usaha, riset untuk solving real problems
· Kinerja: 1.200 mahasiswa, 5 program studi
Keuntungan spin-out:
· Fokus: setiap unit ahli di bidangnya
· Inovasi: lebih cepat karena otonomi
· Akuntabilitas: jelas, bisa diukur sendiri
· Tapi tetap terintegrasi melalui kepemilikan anggota yang sama dan visi bersama
Platform Digital Integrator
Untuk mengintegrasikan layanan yang tersebar, KKKK membangun platform digital:
Aplikasi "KK Link" (launch 2022):
1. Single Sign On: satu akun untuk semua layanan
2. Digital Wallet: bisa bayar di KKMart, Ladja Hotel, ITKK, dll
3. Marketplace: jual-beli produk anggota
4. Learning Management System: kursus online dari ITKK
5. Cooperative Social Network: forum diskusi, kelompok minat
6. Supply Chain Management: tracking produk dari petani ke konsumen
Data integrasi:
· Database terpusat: 232.200 anggota, semua transaksi tercatat
· Analytics: bisa lihat pola konsumsi, kebutuhan, potensi pasar
· Personalization: rekomendasi layanan sesuai profil anggota
Prinsip digital: teknologi sebagai penguat integrasi, bukan pengganti hubungan manusia.

BAGIAN III: STUDI KASUS—INTEGRASI DALAM AKSI
Kasus 1: Petani Aren yang Jadi Pengusaha Gula Aren
2010: Pak Andi, petani aren tradisional. Hasil: nira dijual ke tengkulak, Rp 5.000/liter. Penghasilan pas-pasan.
Intervensi KKKK terintegrasi:
Fase 1: Perbaikan Produksi (2011)
· Pinjaman dari unit simpan pinjam: Rp 10 juta
· Untuk: perbaikan kebun, alat sadap yang higienis
· Pelatihan dari ITKK: teknik sadap berkelanjutan
· Hasil: produksi naik 50%, kualitas lebih baik
Fase 2: Pengolahan (2012)
· Pinjaman tambahan: Rp 25 juta
· Untuk: bangun unit pengolahan mikro
· Bimbingan dari Koperasi Produsen: proses jadi gula aren
· Hasil: nilai jual dari Rp 5.000/liter nira → Rp 50.000/kg gula aren
Fase 3: Pemasaran (2013-sekarang)
· Produk dijual di Keling Kumang Mart: margin 20% (banding distributor lain: 40-50%)
· Dipromosikan di Ladja Hotel: sebagai oleh-oleh khas
· Branding: "Gula Aren Keling Kumang" dengan sertifikasi organik
· Ekspor: melalui jaringan koperasi internasional
2024:
· Omzet Pak Andi: Rp 500 juta/tahun
· Mempekerjakan: 15 orang dari desa sekitar
· Efek multiplier: 50 petani aren lain ikut model sama
· Siklus lengkap: dari pohon aren di kebun sampai gula aren di meja makan, semua dalam ekosistem KKKK
Kasus 2: Ibu Rumah Tangga Jadi Pengusaha Katering
2015: Ibu Sari, ibu rumah tangga, jualan nasi bungkus dari rumah. Omzet Rp 2 juta/bulan.
Ekosistem KKKK mendukung:
Sumber bahan:
· Beras: beli dari kelompok tani anggota (lebih murah 15%)
· Sayur: dari petani anggota (fresh, harga stabil)
· Ayam: dari peternak anggota (jaminan halal dan sehat)
· Bumbu: dari Keling Kumang Mart (diskon anggota)
Pembiayaan:
· Pinjaman dari KKKK: Rp 20 juta
· Untuk: peralatan dapur, sewa tempat kecil
Pemasaran:
· Konsumen tetap: karyawan Ladja Hotel
· Event catering: rapat-rapat KKKK
· Promosi: di grup WhatsApp anggota KKKK
Pengetahuan:
· Pelatihan higiene dari ITKK
· Manajemen usaha dari pelatihan koperasi
· Networking dengan pengusaha makanan lain
2024:
· Omzet: Rp 50 juta/bulan
· Karyawan: 12 orang
· Unit usaha: catering, warung makan, produk frozen food
· Testimoni Ibu Sari: "Saya tidak hanya dapat pinjaman. Saya dapat ekosistem yang mendukung dari A sampai Z."
Kasus 3: Pemuda Bangun Startup Digital dalam Ekosistem
2018: Rian, lulusan IT, kembali ke kampung setelah kuliah di ITKK dengan pinjaman KKKK.
Ide: platform digital untuk jual-beli hasil pertanian lokal.
Dukungan ekosistem KKKK:
Modal:
· Pinjaman usaha: Rp 50 juta dari KKKK
· Syarat ringan: karena track record sebagai anggota baik
Infrastruktur:
· Kantor virtual: di coworking space Ladja Hotel
· Server: disubsidi ITKK
· Tim: rekrut dari lulusan ITKK
Jaringan:
· Supplier: petani anggota KKKK
· Konsumen: anggota KKKK dan jaringan luas
· Mentor: pengusaha sukses dalam jaringan KKKK
Pasar awal:
· Launch di Keling Kumang Mart sebagai channel pembayaran
· Promosi di semua kegiatan KKKK
· Integrasi dengan KK Link app
2024:
· Platform digunakan 10.000+ petani
· Transaksi Rp 20 miliar/tahun
· Rian sekarang: CEO startup, tetap anggota KKKK, mentor untuk pemuda lain
· Model: startup dalam ekosistem koperasi, bukan di luar
BAGIAN IV: REPLIKASI DI 80.000 DESA
Formula Layanan Terintegrasi Minimal
Tidak semua KDMP bisa langsung bangun ekosistem lengkap seperti KKKK. Tapi bisa mulai dengan integrasi minimal:
Formula 1: 3-Circle Integration
CIRCLE 1: CORE
- Simpan pinjam dasar
- Pertemuan rutin anggota
CIRCLE 2: SUPPORT
- Satu layanan tambahan berdasarkan potensi lokal
Contoh: kelompok pembelian bersama (untuk beli pupuk, kebutuhan pokok)
Atau: kelompok pemasaran bersama (jual hasil pertanian kolektif)
CIRCLE 3: CONNECTION
- Jaringan dengan KDMP lain untuk skala ekonomi
- Akses ke platform digital bersama
Target tahun pertama: Circle 1 solid
Target tahun kedua:tambah Circle 2
Target tahun ketiga:masuk Circle 3
Formula 2: Integration by Sector
Pilih satu sektor unggulan desa, lalu bangun integrasi sederhana:
Contoh: Desa penghasil madu
1. Simpan pinjam untuk modal lebah dan peralatan
2. Kelompok produsen untuk standarisasi dan pengemasan
3. Pemasaran bersama via platform digital KDMP
4. Riset sederhana dengan sekolah setempat untuk tingkatkan kualitas
Prinsip: tidak perlu lengkap, tapi terintegrasi. Lebih baik satu sektor terintegrasi dengan baik daripada banyak sektor tapi terpisah.
Adaptasi Model untuk Berbagai Kondisi
Untuk desa terpencil:
· Fokus pada subsitusi impor desa: produksi kebutuhan pokok sendiri
· Integrasi: simpan pinjam + kelompok produksi + sistem barter internal
· Teknologi: offline-first, sync saat ada sinyal
Untuk desa pinggiran kota:
· Fokus pada supply chain ke kota: jadi pemasok produk segar
· Integrasi: simpan pinjam + cold chain sederhana + transportasi kolektif
· Teknologi: mobile apps untuk koordinasi pengiriman
Untuk desa dengan potensi wisata:
· Fokus pada ekowisata terintegrasi
· Integrasi: simpan pinjam untuk homestay + kelompok pemandu + pemasaran bersama
· Teknologi: booking system sederhana
Untuk desa industri kecil:
· Fokus pada klaster industri rumah tangga
· Integrasi: simpan pinjam untuk alat + pembelian bahan baku bersama + pemasaran kolektif
· Teknologi: e-commerce untuk produk kerajinan
Prinsip adaptasi: integrasi sesuai konteks, bukan copy-paste model.
Membangun Jaringan Antar-KDMP: Skala tanpa Kehilangan Otonomi
Satu KDMP sendiri terbatas skalanya. Tapi jaringan KDMP bisa mencapai skala ekonomi:
Model jaringan berbasis komoditas:
· Contoh: 10 KDMP penghasil kopi di satu kabupaten
· Bentuk: Koperasi Sekunder Kopi
· Fungsi:
· Standardisasi kualitas
· Pengolahan bersama (satu unit pengolahan untuk semua)
· Pemasaran bersama (brand bersama)
· Pembelajaran bersama (sharing best practices)
· Prinsip: setiap KDMP tetap otonom, tapi bekerjasama untuk hal tertentu
Model jaringan berbasis layanan:
· Contoh: 5 KDMP di satu kecamatan butuh transportasi
· Bentuk: Koperasi Jasa Transportasi bersama
· Fungsi:
· Punya kendaraan bersama
· Rute optimal melayani semua desa
· Perawatan bersama lebih murah
· Prinsip: layanan bersama untuk efisiensi
Platform digital jaringan:
· Shared platform: satu aplikasi untuk banyak KDMP
· Data sharing (dengan privacy protection): untuk analisis pasar
· Knowledge sharing: forum pembelajaran lintas KDMP
· Prinsip: teknologi sebagai perekat jaringan.
BAGIAN V: TANTANGAN INTEGRASI
Tantangan Umum dan Solusi Kreatif
1. Tantangan: Mental Sektor Silos
· Gejala: unit usaha berjalan sendiri-sendiri, tidak koordinasi
· Solusi KKKK:
· Struktur insentif terintegrasi: bonus pengurus tidak hanya dari unitnya, tapi dari kinerja keseluruhan
· Rapat lintas unit wajib bulanan
· Job rotation: staf dipindah antar unit untuk pahami keseluruhan
2. Tantangan: Konflik Kepentingan Internal
· Contoh: Koperasi Produsen mau beli bahan murah, petani mau jual mahal
· Solusi KKKK:
· Transparansi harga: semua tahu margin setiap tahap
· Musyawarah harga: ditentukan bersama, adil untuk semua pihak
· Sistem bagi hasil: keuntungan dibagi proporsional
3. Tantangan: Kompleksitas Manajemen
· Gejala: terlalu banyak unit, koordinasi rumit
· Solusi KKKK:
· Prinsip subsidiaritas: keputusan di level terendah yang mampu
· Digitalisasi proses: otomatisasi untuk hal rutin
· Delegasi dengan akuntabilitas
4. Tantangan: Ketergantungan pada Inisiator
· Gejala: integrasi hanya jalan kalau ada tokoh kunci
· Solusi KKKK:
· Sistemisasi proses: buat SOP integrasi
· Regenerasi kepemimpinan (sudah dibahas di edisi 4)
· Budaya kolaborasi: jadi norma, bukan pengecualian
Mengukur Kesehatan Integrasi
Integrasi tidak bisa hanya dirasakan, harus diukur:
Indikator integrasi finansial:
1. Rasio transaksi internal: % transaksi antar unit usaha dalam ekosistem
· KKKK: 40% transaksi adalah internal
· Target sehat: minimal 25%
· Arti: uang berputar dalam komunitas
2. Multiplier effect lokal: setiap Rp 1 yang dibelanjakan anggota, berapa kali berputar di ekosistem
· KKKK: 3,5x (banding desa biasa: 1,2x)
· Target sehat: minimal 2x
3. Value capture rate: % nilai tambah yang dinikmati anggota (vs bocor ke luar)
· KKKK: 65% (artinya dari total nilai yang dihasilkan, 65% dinikmati anggota)
· Target sehat: minimal 50%
Indikator integrasi sosial:
1. Tingkat partisipasi lintas unit: % anggota yang menggunakan lebih dari satu layanan
· KKKK: 75%
· Target sehat: minimal 50%
2. Kepuasan layanan terintegrasi: survei kepuasan khusus untuk layanan yang terintegrasi
· KKKK: 88% puas
· Target sehat: minimal 80%
Indikator ketahanan:
1. Survival rate usaha anggota dengan dukungan integrasi:
· KKKK: 85% usaha anggota dengan dukungan penuh ekosistem bertahan >5 tahun
· Banding usaha tanpa dukungan: 35%
· Target sehat: minimal 70%.

BAGIAN VI: VISI 2045—EKONOMI SIRKULAR LOKAL
KKKK 2045: Ekosistem Otonom yang Berkelanjutan
Pada 2045, KKKK mungkin telah menjadi:
1. Circular Economy Closed Loop
· Zero waste: semua limbah jadi input untuk unit lain
· Contoh: limbah pertanian jadi pakan ternak, limbah ternak jadi biogas, slurry jadi pupuk
· Energy self-sufficient: energi dari renewable sources di lokal
· Water management terintegrasi: daur ulang air untuk pertanian dan konsumsi
2. Digital Twin Ecosystem
· Digital replica dari seluruh ekosistem fisik
· Simulasi dampak kebijakan sebelum diimplementasikan
· Optimasi otomatis alokasi sumber daya
· Predictive analytics untuk kebutuhan anggota
3. Global Network of Local Ecosystems
· Terhubung dengan koperasi serupa di seluruh dunia
· Pertukaran produk, pengetahuan, teknologi
· Solidaritas global menghadapi krisis bersama
· Model ekspor bukan barang mentah, tapi sistem lengkap (franchise model ekonomi sirkular lokal)
Indonesia 2045: Jaringan 80.000 Ekosistem Lokal
Jika 80.000 KDMP berhasil membangun integrasi:
1. Ketahanan Ekonomi Nasional dari Bawah
· Tidak rentan terhadap guncangan global karena basis lokal kuat
· Contoh krisis: ketika ekspor turun, konsumsi lokal tetap jalan
· Logistik efisien: produksi dan konsumsi dekat, mengurangi biaya transportasi
2. Inovasi Terdistribusi
· Setiap ekosistem lokal menjadi laboratorium inovasi sesuai konteksnya
· Sharing innovation antar ekosistem melalui platform bersama
· Keanekaragaman solusi, bukan one-size-fits-all
3. Demokrasi Ekonomi Nyata
· Masyarakat tidak hanya konsumen, tapi pemilik dan pengelola ekonomi lokal
· Pengambilan keputusan ekonomi partisipatif dan bottom-up
· Akuntabilitas tinggi karena pemilik adalah pengguna
4. Keberlanjutan Ekologis
· Ekonomi lokal mengurangi jejak ekologis (transportasi minimal)
· Pengelolaan sumberdaya lokal yang bertanggungjawab
· Kearifan lokal dalam menjaga lingkungan hidup
Paradigma Baru Pembangunan: Dari Trickle-Down ke Bottom-Up Integration
Perlu perubahan paradigma nasional:
Dari: pembangunan terpusat, trickle-down effect
Menjadi:pembangunan terdistribusi, bottom-up integration
Dari: sektor-sektor terpisah (pertanian, industri, jasa)
Menjadi: klaster-klaster terintegrasi sesuai karakter lokal
Dari: pertumbuhan GDP sebagai tujuan utama
Menjadi: kesejahteraan holistik dan keberlanjutan sebagai tujuan
Dari: masyarakat sebagai objek pembangunan
Menjadi: masyarakat sebagai subjek dan pemilik pembangunan
Peran pemerintah: regulator dan fasilitator jaringan, bukan pelaku utama.
EPILOG: DARI PENGUSAHA TUNGGAL KE KOMUNITAS PEMILIK BERSAMA
Ada perbedaan mendasar antara pengusaha sukses di sistem kapitalis dan anggota sukses di ekosistem KKKK:
Pengusaha kapitalis sukses:
· Membangun kerajaan bisnis sendiri
· Kompetisi dengan pengusaha lain
· Akumulasi modal di tangan sedikit orang
· Warisan untuk anak-cucu
· Risiko: jika dia jatuh, semua jatuh
Anggota KKKK sukses:
· Bagian dari komunitas pemilik bersama
· Kolaborasi dengan anggota lain
· Penyebaran kemakmuran ke seluruh komunitas
· Warisan berupa sistem dan nilai untuk generasi berikut
· Ketahanan: jika satu jatuh, komunitas menopang
Layanan terintegrasi KKKK bukan hanya strategi bisnis. Ia adalah manifestasi filosofi: bahwa kesejahteraan sejati adalah kesejahteraan bersama. Bahwa keberhasilan individu paling bermakna ketika mengangkat komunitas. Bahwa ekonomi terkuat bukan yang terkonsentrasi, tapi yang tersebar dan saling terhubung.
Dari satu layanan simpan pinjam sederhana, KKKK telah membuktikan: ketika kita melayani kebutuhan holistik manusia—bukan hanya kebutuhan finansial—kita tidak hanya membangun bisnis, tapi membangun peradaban.
Dan peradaban mini ini siap direplikasi di 80.000 desa. Bukan sebagai clone, tapi sebagai varian lokal dari prinsip yang sama: bahwa layanan terbaik adalah yang terintegrasi, bahwa ekonomi terkuat adalah yang berakar pada komunitas, bahwa masa depan terbaik dibangun bersama-sama.
"Bank hanya memberi Anda uang. Koperasi memberi Anda uang, pasar, pengetahuan, jaringan, dan komunitas yang peduli. Pilih mana?"
*Penulis adalah Prof. Dr. Ir. Agus Pakpahan, Ph.D., Rektor IKOPIN University sejak 29 Mei 2023 untuk periode 2023–2027. Ia dikenal sebagai ekonom pertanian yang menaruh perhatian pada penguatan ekosistem perkoperasian dan tata kelola kebijakan publik.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *