
Untuk anak muda Indonesia, kali ini saya akan buat catatan harian singkat nuansanya ajakan. Ajaran orang kampung, mana tahu ada baik dan manfaatnya. Tentang Kehidupan, memaknai kehidupan. Universitas Kehidupan, Fakultas Ilmu Hikmah.
Agar mudah dapat pembelajaran ilmu hikmah, berikut ini pengalaman saya dulu masih kecil yang suka mendengarkan petuah kampung bersahaja tapi bijak kaya makna. Karena kecil saya nyaris bisu, saat SD 2X tidak naik kelas dan seterusnya.
1). Urip Iku Urup
Sejatine urip iku urup, kudune urip diurip-uripi ben urup, padang madangi sanak kadang. Maksudnya hidup itu harus nyala terang menerangi sekitarnya, bermanfaat bagi orang lain, syukur jika jumlah banyak dalam waktu lama lebih lama dari usia kita.
Hidup harus dihidup-hidupkan dengan cara disemangati dirinya sendiri dan dibekali diri sendiri tentang etika, karakter, kapasitas, iptek, skill dan lainnya. Ibarat tanaman dalam pot harus disentuh, disiram, dipupuk, dipangkas dan lainnya.
Tapi kalau hidupnya tanpa upaya dihidup-hidupkan maka yang terjadi asal tumbuh saja. Bahkan daya manfaat hidup akan sangat minimal. Bisa jadi akan salah arah tiada manfaat atau mungkin merugikan yang lainnya. Tiada makna.
2). Ngulir Pambudi, Ngalap Duyo
Terjemahan gramatikalnya, hidup ini harus mau bertekad bulat "memberdayakan diri" bukan meminta-minta ke yang lain, untuk mengejar harta/dunia. Karena hidup adalah biaya sehingga hidupnya harus produktif untuk biaya hidup itu sendiri.
Maksud yang terkandung harus disadari bahwa hidup harus berbuat, untuk jadi bekal saat dipanggil Tuhan untuk kembali ke asal. Tiada yang abadi, itu pasti. Hanya masalah waktu saja, menunggu jadwalnya tiba. Tidak bisa dihindari pasti akan terjadi.
Dalam proses mencari bekal harus cara halal karena hidup adalah sosial, di tengah masyarakat. Butuh nama baik yang terjaga tiada henti. Itu warisan pertama utama yang dinantikan oleh generasi penerus. Tiada anak yang butuh warisan harta haram, korupsi misalnya.
3). Urip Mung Sak Dermo Nglakoni
Maksudnya bahwa sesungguhnya hidup kita sudah ada yang mengatur yaitu Tuhan Yang Maha Suci. Rejeki, jodoh dan maut adalah ranah Tuhan Yang Maha Esa. Kita hanya wajib berdoa dan ikhtiar saja. Manusia itu sendiri yang harus berusaha mengubahnya.
Banyak kisah orang lebih tua dan pintar, tapi kalah dengan yang muda dan pendidikan formal rendahan, karena takdir Nya. Banyak kisah petani padi milik sarjana, bagus tapi saat mau panen busuk semua karena banjir, kalah dengan yang lain, itulah rejeki dari Nya.
Hidup harus rendah hati tidak boleh sombong, agar tiada yang bisa merendahkan lagi. Tidak boleh memandang yang lain "kecil" karena merasa sudah tinggi, itu sama saja iklan agar terlihat kecil di mata orang banyak di bawah sana. Terpenting, tiada boleh mendahului kehendak Nya.
Tags:
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *