
sawitsetara.co - JAKARTA - Minyak sawit, sebagai salah satu jenis minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia, memainkan peran krusial dalam mendukung ketahanan pangan global. Minyak sawit merupakan jenis minyak nabati yang memiliki harga relatif lebih rendah dan terjangkau apabila dibandingkan dengan minyak nabati lain.
“Hal ini menjadikan minyak sawit pilihan utama bagi industri pangan dan konsumen dari berbagai kalangan,” demikian laporan PASPI Monitor dalam jurnal pada 2022.
Dilansir dari laman BPDP, dengan harga yang kompetitif dan pasokan yang stabil, minyak sawit berkontribusi signifikan dalam mencegah lonjakan harga pada minyak nabati lainnya. Penelitian oleh Kojima et al. (2016) dan Cui & Martin (2017) menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak kedelai, rapeseed, dan biji bunga matahari seringkali diikuti oleh peningkatan konsumsi minyak sawit.

Pangsa minyak sawit dalam konsumsi minyak nabati dunia terus meningkat, dari 24% pada tahun 1980 menjadi 42% pada 2021. Peningkatan ini mencerminkan preferensi konsumen global yang semakin tinggi terhadap minyak sawit, serta peningkatan keterjangkauan dan ketersediaan fisik minyak sawit di berbagai lapisan masyarakat.
Di Uni Eropa, minyak rapeseed menjadi yang paling banyak dikonsumsi, namun tren konsumsi minyak sawit terus meningkat. Sementara itu, di China, minyak kedelai mendominasi, didorong oleh posisi negara tersebut sebagai produsen utama. China juga merupakan importir minyak sawit terbesar kedua di dunia, yang banyak digunakan dalam industri katering dan mie instan.
Di India, minyak sawit adalah yang paling banyak dikonsumsi, meskipun negara tersebut harus mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan domestik. India merupakan importir minyak sawit terbesar di dunia. Di Amerika Serikat, minyak kedelai mendominasi, namun penggunaan minyak sawit juga menunjukkan tren peningkatan, terutama dalam industri pengolahan pangan.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *