KONSULTASI
Logo

PASPI dan BPDP Advokasi Sawit kepada Mahasiswa se-Kalimantan Selatan Lewat Bedah Buku di ULM

23 September 2025
AuthorTim Redaksi
EditorEditor
PASPI dan BPDP Advokasi Sawit kepada Mahasiswa se-Kalimantan Selatan Lewat Bedah Buku di ULM

sawitsetara.co - Isu-isu miring soal sawit dibedah tuntas lewat forum akademik yang digelar di Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Banjarbaru. Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) menggelar kegiatan Bedah dan Diseminasi Buku “Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global” Edisi Keempat.


Tak hanya mahasiswa ULM, acara ini juga dihadiri mahasiswa dari kampus lain di Kalimantan Selatan seperti STIE Pancasetia, Universitas Islam Kalimantan, Universitas Borneo Lestari, dan UIN Antasari. Perwakilan pelaku industri sawit seperti GAPKI dan APKASINDO Kalsel juga turut hadir, memperkaya diskusi dari sisi praktisi.


Dua petinggi ULM, yakni Dr. Arief Rahmad Maulana Akbar (Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Umum) serta Prof. Dr. Ika Sumantri (Wakil Dekan Fakultas Pertanian), menyampaikan pentingnya sawit bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Namun, mereka menekankan pentingnya meluruskan informasi di tengah masifnya kampanye negatif terhadap industri sawit.


“Kita perlu forum seperti ini agar mahasiswa bisa memahami isu sawit secara objektif berdasarkan riset, bukan opini atau hoaks,” ujar Prof. Ika.


Dalam keynote speech yang disampaikan secara virtual, Helmi Muhansyah dari BPDP menegaskan peran strategis sawit dalam neraca perdagangan Indonesia. “Sawit menyumbang devisa besar dan membantu mengurangi defisit migas lewat program mandatori biodiesel (B40),” jelasnya. Ia juga menyoroti potensi sawit untuk dikembangkan oleh generasi muda melalui program 1.000 UMKM Perkebunan.


Diskusi inti dipimpin oleh Dr. Tungkot Sipayung, Ketua tim penyusun buku. Ia menyebut Indonesia sebagai pemain utama di pasar minyak nabati dunia. Namun, karena minyak sawit punya harga paling kompetitif, persaingan global pun banyak menggunakan strategi non-harga lewat kampanye negatif.


Dalam sesi bedah buku, tiga dosen Universitas Lambung Mangkurat dari disiplin ilmu yang berbeda turut memberikan pandangan mereka terhadap isi buku Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia. Ketiganya menghadirkan perspektif yang saling melengkapi. Dari sisi ekonomi, agronomi, hingga kesehatan masyarakat menjadikan pembahasan buku ini lebih komprehensif dan berimbang.




Dari sisi ekonomi, Ir. Umi Salawati, M.Si, dosen Agribisnis Fakultas Pertanian ULM, memaparkan bahwa kelapa sawit telah menjadi salah satu komoditas yang mampu mendorong peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani di berbagai daerah. Ia menyoroti fenomena nyata di lapangan, salah satunya di Kabupaten Barito Kuala, di mana sejumlah petani jeruk mulai beralih ke sawit karena dinilai lebih menguntungkan. Menurutnya, biaya perawatan tanaman sawit relatif lebih rendah, namun memberikan pendapatan yang berkelanjutan. Selain itu, sawit juga dianggap lebih tahan terhadap kondisi ekstrem seperti banjir dan kekeringan, yang belakangan ini semakin sering terjadi.


Sementara itu, dari bidang agronomi, Yudhi Ahmad Nazari, S.P., M.P, dosen Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian ULM, menyebut kelapa sawit sebagai tanaman “ajaib” yang menjadi anugerah bagi Indonesia. Ia menekankan bahwa sawit memiliki keunggulan luar biasa dari sisi produktivitas, mampu menghasilkan minyak dalam jumlah besar dari lahan yang relatif kecil. Namun demikian, Yudhi juga mengingatkan pentingnya pengelolaan sawit yang berkelanjutan. Ia menyoroti perlunya perencanaan tata ruang yang matang, penerapan prinsip keberlanjutan, serta kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku industri dalam pengembangan perkebunan sawit, khususnya di Kalimantan Selatan.


Dari perspektif kesehatan, M. Irwan Setiawan, S.Gz., M.Gz, dosen Gizi dari Program Studi Kesehatan Masyarakat ULM, membongkar salah satu mitos paling populer: bahwa minyak sawit mengandung kolesterol. Ia menegaskan bahwa anggapan tersebut keliru, karena minyak sawit berasal dari tumbuhan dan secara alami tidak mengandung kolesterol. Justru, minyak sawit mengandung fitosterol, senyawa sterol nabati yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, kandungan senyawa aktif lain seperti squalene dan polifenol pada minyak sawit juga memiliki manfaat untuk menghambat penyerapan dan pembentukan kolesterol dalam tubuh.


Menutup diskusi, Dr. Tungkot menegaskan bahwa industri sawit memang belum sempurna, namun justru itu alasan utama mengapa riset dan kolaborasi lintas pihak harus terus diperkuat.


Berita Sebelumnya
Ini Penyebabnya Banyak Petani Sawit Belum Sertifikasi ISPO

Ini Penyebabnya Banyak Petani Sawit Belum Sertifikasi ISPO

Sawitsetara.co –  Aѕоѕіаѕі Pеtаnі Kelapa Sаwіt Indоnеѕіа (Aрkаѕіndо) mеmараrkаn ѕеjumlаh реnуеbаb ре

16 Januari 2022 | Edukasi

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *