sawitsetara.co – BALI – Benar bahwa belum lama ini pemerintah Indonesia berhasil meraih kemenangan penting dalam sengketa perdagangan melawan Uni Eropa (UE) terkait penerapan bea imbalan/countervailing duties terhadap impor produk biodiesel dari Indonesia, atau dikenal dengan Sengketa DS618. Panel Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).
Hal ini menjadi pembuktian bahwa pada dasarnya produk-produk Indonesia mampu memenuhi pasar Uni Eropa termasuk pada kelapa sawit sebagai bagian dari pertanian.
Artinya pemerintah optimis bahwa produk ekspor Indonesia telah mampu memenuhi standar yang ditetapkan oleh UE guna memaknai tercapainya penandatanganan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU CEPA).
“Setiap standar sudah dipenuhi satu sama lain dan itu sebabnya produk kami sudah diekspor ke lebih dari 20 negara,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto setelah penandatanganan perjanjian IEU CEPA di Nusa Dua, Bali.
Airlangga menegaskan kedua pihak telah melalui mutual recognition agreement (MRA) yang merupakan perjanjian internasional yang saling mengakui penilaian atas standar produk tertentu.
Adapun untuk produk pertanian salah satunya kelapa sawit Indonesia misalnya,telah memiliki sistem sertifikasi berkelanjutan yaitu Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) di Uni Eropa. Lalu di dalam negeri, produk sawit melalui sistem berkelanjutan yang wajib dipenuhi yakni Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Sepanjang 2024, total perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa tercatat sebesar USD30,1 miliar atau sekitar 27,3 miliar euro. Dengan tercapainya kesepakatan IEU-CEPA, angka tersebut diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Kadin menilai sektor ekspor seperti tekstil, komoditas, dan minyak sawit memiliki potensi besar untuk tumbuh lebih tinggi.
Namun lebih dari sekadar perdagangan barang, perjanjian ini juga membuka peluang investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) dari kawasan Eropa ke Indonesia, terutama di sektor infrastruktur. Salah satu proyek yang dinilai strategis adalah pembangunan tanggul laut raksasa sebagai bagian dari solusi jangka panjang terhadap ancaman krisis iklim dan naiknya permukaan air laut di wilayah pesisir, termasuk ibu kota negara.
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyatakan bahwa perjanjian ini adalah simbol dari komitmen Eropa dan Indonesia terhadap kerja sama yang terbuka dan saling menguntungkan di tengah ketidakpastian global.
“Di masa-masa sulit, sebagian pihak memilih jalan isolasi dan fragmentasi. Namun, Eropa dan Indonesia memilih jalan keterbukaan, kemitraan, dan peluang bersama," ujar Ursula.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *