
sawitsetara.co - Petani kelapa sawit rakyat semakin menunjukkan peran strategis dalam industri sawit nasional. Saat ini, mereka mengelola sekitar 40 persen dari total luas perkebunan sawit di Indonesia, dan angka ini diprediksi terus meningkat hingga mencapai 60 persen pada tahun 2050.
Kebangkitan perkebunan sawit rakyat tak lepas dari program kemitraan yang dimulai sejak era 1980-an. Saat itu, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan lembaga internasional seperti Bank Dunia, ADB, KfW Jerman, dan IFAD untuk meluncurkan proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) – sebuah model kolaboratif antara petani dan perusahaan.
Keberhasilan PIR membuka jalan bagi petani untuk mengambil peran lebih besar dalam industri yang dulu didominasi korporasi.
Dari hanya 2 persen pangsa lahan pada 1980-an, kini petani rakyat menguasai sekitar 6,8 juta hektare perkebunan sawit. Namun, tantangan besar masih mengadang.
Menurut PASPI (2018), revitalisasi sawit rakyat menjadi agenda penting untuk menjawab berbagai tantangan klasik seperti rendahnya produktivitas, keterbatasan akses teknologi, dan permodalan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah transfer ilmu dan teknologi dari perkebunan negara ke petani rakyat melalui pelatihan dan pembinaan teknis.
"Produktivitas sawit rakyat masih jauh di bawah potensi optimal karena banyaknya tanaman tua, rusak, serta bibit yang tidak unggul," ungkap Hidayat.
Padahal, dengan kondisi tanah yang sama, hasil panen dari perkebunan rakyat bisa jauh di bawah milik swasta (BPPP, 2008).
Lebih dari sekadar meningkatkan hasil panen, sawit rakyat kini juga diharapkan bisa menjadi tulang punggung energi hijau nasional. Pemerintah mendorong pembentukan kawasan khusus (dedicated area) untuk mengolah hasil sawit menjadi biohidrokarbon seperti green diesel, green gasoline, dan green avtur.
Modelnya, petani membentuk kerja sama dalam bentuk kebun sehamparan seluas 2.700 hektare dan membangun Pabrik Kelapa Sawit (PKS) khusus biohidrokarbon dengan kapasitas olah 10 ton TBS per jam. Langkah ini dinilai akan mengurangi biaya transportasi, meningkatkan efisiensi distribusi, dan mendorong Indonesia menuju kemandirian energi berbasis sawit.
Revitalisasi ini juga sejalan dengan agenda global untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Dengan tata kelola yang lebih baik, transformasi struktural, dan pembinaan berkelanjutan, perkebunan sawit rakyat dapat menjadi kekuatan utama dalam menciptakan industri sawit yang ramah lingkungan, berdaya saing tinggi, dan inklusif.
Ke depan, petani bukan lagi hanya objek pembangunan, tetapi menjadi motor penggerak utama transformasi industri sawit nasional.


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *