
sawitsetara.co – JAKARTA – Produksi kelapa sawit sangat bergantung pada keberhasilan penyerbukan. Namun, sebagai tanaman monoecious, yakni memiliki bunga jantan dan betina dalam satu pohon namun mekar pada waktu berbeda, kelapa sawit butuh penyerbukan silang, yang memerlukan agen khusus.
Agen-agen ini, yang disebut polinator, berperan penting dalam membawa serbuk sari. Polinator ini bisa berupa angin, air, manusia, maupun hewan vertebrata, tetapi biasanya yang berperan sebagai agen utama adalah serangga. Oleh sebab itu, peran serangga amat penting dalam industri sawit.
Di Indonesia, beberapa jenis serangga polinator yang umum ditemukan adalah Elaeidobius kamerunicus, Thrips hawaiiensis, Pyroderces sp., dan berbagai jenis lebah. Mereka mengunjungi bunga jantan, bunga betina, atau keduanya, sehingga terjadilah penyerbukan.
Proses penyerbukan oleh serangga dimulai dengan bunga yang mengeluarkan bau khas yang menarik serangga. Baik bunga jantan maupun betina mengeluarkan bau yang sama, namun pada bunga jantan, periode pengeluaran bau lebih lama, sekitar 5 hari, dibandingkan bunga betina yang hanya beberapa jam.

Serangga tertarik oleh bau dari bunga jantan atau betina tersebut, hinggap dan bergerak mengitari bunga, menyebabkan serbuk sari menempel pada tubuh mereka. Kemudian, serangga terbang ke bunga lain, menyebarkan serbuk sari. Sebab itulah keberadaan serangga ini amat penting.
Seberapa Penting Peran Serangga di Perkebunan Kelapa Sawit?
Dikutip dari laman ipb.ac.id, industri kelapa sawit Indonesia, yang menghasilkan nilai produksi hingga Rp440 triliun per tahun, tak terlepas dari peran serangga. Hal ini diungkapkan oleh Prof. Purnama Hidayat, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University, beberapa waktu lalu.

“Kelapa sawit tanpa kehadiran serangga penyerbuk akan mengalami penurunan produksi hingga 70-80 persen,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa dari total nilai produksi sawit, sekitar Rp300 triliun berpotensi hilang jika serangga penyerbuk tidak ada. Indonesia beruntung memiliki ekologi yang mendukung keberadaan serangga penyerbuk alami. Bandingkan dengan Malaysia yang harus mengimpor serangga Elaeidobius kamerunicus dari Afrika.
“Karena asal tanaman kelapa sawit sendiri dari Afrika, serangganya pun dibawa dari sana,” kata Prof. Purnama.
Namun, masyarakat seringkali meremehkan peran serangga. Padahal, menurut Prof. Purnama, serangga adalah pekerja ekosistem yang sangat vital. Tanpa mereka, penyerbukan harus dilakukan secara manual, yang hampir mustahil mengingat luasnya kebun sawit di Indonesia.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *