KONSULTASI
Logo

BI: Ekonomi Triwulan III Didorong Ekspor Sawit

25 Oktober 2025
AuthorIbnu
EditorIbnu
BI: Ekonomi Triwulan III Didorong Ekspor Sawit
HOT NEWS

sawitsetara.co - BUKIT TINGGI – Berbagai langkah terus dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong ekonomi nasional. Dalam triwulan ke III menurut catatan Bank Indonesia (BI) ini ekonomi nasional didorong oleh ekspor nonmigas, diantaranya ekspor sawit baik dalam bentuk crude palm oil (CPO) dan turunannya, serta serta belanja pemerintah yang berkontribusi pada penguatan permintaan domestik.

“Utamanya ke negara-negara seperti India dan Tiongkok ini masih tinggi, dan ini juga merupakan salah satu driver dari pertumbuhan ekonomi di triwulan III,” kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI Juli Budi Winantya dalam media gathering, di Bukittinggi, Sumatera Barat

Tidak hanya itu, Putu juga memprediksi pada kinerja ekonomi pada semester II-2025 akan lebih baik dibandingkan semester sebelumnya.

Perbaikan ini ditopang oleh berbagai faktor, termasuk dukungan kebijakan pemerintah melalui pelaksanaan program-program prioritas di sektor ketahanan pangan, energi, dan lainnya, serta tambahan program bantuan sosial yang akan disalurkan pada triwulan IV.


Hut apkasindo DPP

Lebih lanjut terkait dengan ekspor sawit, sebelumnya Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono pernah mengungkapkan bahwa nilai ekspor kelapa sawit yang dicapai pada tahun 2024 adalah USD27,76 miliar atau Rp 440 triliun.

“Ini lebih rendah 8,44% dari ekspor tahun 2023 sebesar USD 30,32 miliar atau sekitar Rp 463 triliun,” ujar Eddy.

Menurut Eddy, penurunan nilai ekspor terjadi untuk semua jenis produk kecuali oleokimia, meskipun dari dari segi harga FOB rata-rata dalam USD/ton semua produk mengalami kenaikan.

Sementara itu, produksi CPO bulan Desember 2024 mencapai 3.876 ribu ton, lebih rendah 10,55% dibandingkan dengan produksi bulan November 2024 yang mencapai 4.333 ribu ton.

Produksi PKO juga turun menjadi 361 ribu ton dari 412 ribu ton pada bulan November. “Dengan demikian, produksi CPO tahun 2024 mencapai 48.164 ribu ton sedangkan PKO sebesar 4.598 ribu ton,” kata Eddy.

Secara total produksi CPO dan PKO tahun 2024 mencapai 52.762 ribu ton yang lebih rendah 3,80% dari produksi tahun 2023 sebesar 54.844 ribu ton.


Hut apkasindo DPP

Disisi lain, total konsumsi CPO dan PKO bulan Desember 2024 mencapai 2.187 ribu ton, lebih tinggi dari konsumsi bulan November yang mencapai 2.030 ribu ton. Kenaikan konsumsi terjadi untuk pangan, biodiesel dan oleokimia.

Secara total tahun 2024, konsumsi untuk pangan mencapai 10.205 ribu ton, lebih rendah 0,90% dari konsumsi tahun 2023 sebesar 10.298 ribu ton.

Kemudian konsumsi oleokimia 2.207 ribu ton, lebih rendah 2,69% dari 2.268 ribu ton pada tahun 2023.

Sedangkan konsumsi untuk biodiesel 11.447 ribu ton, lebih tinggi 7,51% dari 10.647 ribu ton pada 2023. “Sehingga secara total konsumsi tahun 2024 sebesar 23.859 ribu ton yang 2,78% lebih tinggi dari konsumsi tahun 2023 sebesar 23.213 ribu ton,” jelas Eddy.

Total ekspor bulan Desember 2024 mencapai 2.060 ribu ton, lebih rendah 21,88% dari ekspor bulan November 2023 sebesar 2.637 ribu ton. Penurunan terbesar terjadi pada ekspor ke India sebesar 246 ribu ton, diikuti dengan tujuan China sebesar 39 ribu ton.

“Secara tahunan terjadi penurunan ekspor sebesar 2.680 ribu ton yaitu dari 32.215 ribu ton pada tahun 2023 menjadi 29.535 ribu ton,” ungkap Eddy.


Hut apkasindo DPP

Penurunan terbesar terjadi untuk tujuan China sebesar 2.381 ribu ton, India sebesar 1.136 ribu ton, serta Bangladesh, Malaysia, Amerika Serikat dan Uni Eropa dalam jumlah yang lebih kecil.

Sedangkan yang mengalami kenaikan terbesar adalah Pakistan sebesar 486 ribu ton dan Timur Tengah sebesar 164 ribu ton.Sementara Rusia dan beberapa negara lain naik dengan jumlah yang lebih kecil. Dengan produksi, konsumsi dan ekspor demikian, stok CPO dan PKO diakhir tahun 2024 sebesar 2.577 ribu ton yang lebih rendah 18,06% dari stok akhir 2023 sebesar 3.145 ribu ton.

GAPKI memperkirakan produksi minyak sawit Indonesia pada tahun 2025 mencapai 53,6 juta ton, konsumsi sebesar 26,1 juta ton termasuk untuk biodiesel B40 sebesar 13,6 juta ton.

Dengan perkiraan tersebut ekspor diperkirakan akan turun menjadi 27,5 juta ton yang lebih rendah dari ekspor tahun 2024 sebesar 29,5 juta ton.



Berita Sebelumnya
Pentingnya Sertifikasi Traceability Bagi Petani Sawit Indonesia, Peluang Naik Kelas

Pentingnya Sertifikasi Traceability Bagi Petani Sawit Indonesia, Peluang Naik Kelas

Seiring akan diterapkannya regulasi The European Union on Deforestation-free Regulation (EUDR) pada 2026 mendatang, petani kelapa sawit Indonesia terus didorong untuk mendapatkan sertifikasi ketelusuran atau traceability berupa Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB). Dengan adanya traceability, petani sawit dapat mengakses pasar yang lebih luas dan bernilai tinggi, termasuk Uni Eropa (UE)

24 Oktober 2025 | Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *