sawittsetara.co –JAKARTA – Indonesia melalui Dewan Negara-Negara Produsen Kelapa Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) mengirim tiga ekspert untuk membantu Papua Nugini mengembangkan kawasan ekonomi khusus (KEK) sawit.
Hal itu disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal CPOPC, Musdhalifah Machmud, dalam seminar Visi Ekonomi Hijau pada rangkaian The 2nd Indonesia Palm Oil Research and Innovation Conference and Expo (IPORICE) 2025 di Jakarta, Kamis (2/10/2025).
Musdhalifah menjelaskan, pengiriman tiga ahli tersebut merupakan bagian dari peran CPOPC dalam memfasilitasi kerja sama dan berbagi informasi antarnegara anggota. Seperti diketahui, Papua Nugini sebagai salah satu negara anggota CPOPC yang aktif mendorong pembangunan sawit, bahkan sampai memiliki menteri khusus kelapa sawit.
“Sekarang ini Papua New Guinea minta dukungan ekspert untuk pengembangan kawasan ekonomi khusus untuk sawit. Jadi, ekspert kita, kita fasilitasi, si CPOPC memfasilitasi ke Papua New Guinea,” ujar Musdhalifah.
Menurut Musdhalifah, Papua New Guinea saat ini memiliki kawasan hutan yang sangat luas, mencapai sekitar 88 persen dari total wilayahnya. Sebagian di antaranya akan dikembangkan menjadi kawasan ekonomi khusus sawit.
“Sekarang di Papua New Guinea baru sekitar 0,8 jadi 800 ribu ton produksinya, ada sekitar 400 ribu hektare yang akan dikembangkan lebih luas lagi di masa depan,” jelas Musdhalifah.
Papua New Guinea sendiri resmi menjadi anggota penuh CPOPC pada 30 Desember 2024. Anggota penuh lainnya, selain Indonesia dan Malaysia, adalah Honduras yang berkontribusi sekitar 0,5 juta ton di pasar global.
“Kemudian Kongo, Afrika, mereka juga baru saja bergabung di awal tahun 2015 dan mereka produksinya sebenarnya masih kecil, 150 ribu ton, tetapi dia berniat untuk kembangkan,” ungkap Musdhalifah.
Musdhalifah menjelaskan, dengan bergabungnya negara-negara tersebut, diharapkan transfer pengetahuan dan pengalaman dari Indonesia dan Malaysia dapat mendorong pengembangan sawit di masing-masing negara anggota.
“Harapannya ekspert-ekspert pengetahuan yang ada di Indonesia, Malaysia mereka bisa kembangkan untuk membangun kelapa sawit di negaranya,” ujar Musdhalifah.
Musdhalifah menambahkan, langkah ini juga menjadi bagian dari promosi sawit Indonesia di tingkat global, sekaligus menunjukkan, komoditas sawit mampu menjadi penggerak ekonomi rakyat, terutama di negara-negara anggota CPOPC, yaitu Honduras, Papua New Guinea, dan Kongo.
Selain anggota penuh, CPOPC juga memiliki sejumlah negara pengamat (observer), yaitu Kolombia, Ghana, dan Nigeria. Kolombia bahkan merupakan produsen sawit terbesar keempat dunia.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *