
sawitsetara.co - PASER - Upaya meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan di Kalimantan Timur kembali mendapat angin segar. Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (Disbun Kaltim) menggelar Diseminasi Hilirisasi Adopsi Teknologi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Perkebunan (MP)/Pelatihan Produk Turunan Kelapa Sawit di Balai Desa Modang, Kecamatan Kuaro, Kabupaten Paser, Jumat (21/10/2025).
Pelatihan dibuka oleh Plt Kepala Disbun Kaltim yang diwakili Kabid Pengolahan dan Pemasaran, Taufiq Kurrahman, dengan dihadiri perwakilan Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Paser, para PPL dari Long Ikis dan Kuaro, serta anggota koperasi setempat.
Dalam sambutannya, Taufiq menegaskan bahwa hilirisasi bukan hanya jargon, tetapi langkah strategis untuk meningkatkan daya saing petani.
“Melalui pelatihan ini, kami ingin petani tidak hanya menjual hasil panen, tetapi mampu mengolah produk turunan kelapa sawit agar memiliki nilai tambah yang signifikan,” ujarnya.
Sebanyak 25 peserta dari Koperasi Induk Paser Jaya Bersama menjadi bagian dari pelatihan komprehensif ini, yang berfokus pada pemanfaatan produk turunan khususnya pelatihan pembuatan lilin aromaterapi berbahan stearin dan minyak jelantah.
Pelatihan ini sekaligus mendorong pemanfaatan limbah sawit sebagai bahan industri kreatif ramah lingkungan.

Materi pertama disampaikan M. Atta Bary, Kepala Laboratorium Teknologi Kelapa Sawit. Ia membuka wawasan peserta mengenai potensi masif diversifikasi produk sawit mulai dari margarin, sabun, lilin, hingga inovasi masa depan seperti bioplastik dan bahan farmasi.
Materi kemudian dilanjutkan oleh Dedy Purwanto, yang memandu peserta menelusuri sejarah lilin, teknik pencampuran minyak atsiri, hingga cara memanfaatkan limbah minyak jelantah menjadi produk aromaterapi bernilai jual.
Penjelasan mengenai isu lingkungan akibat minyak jelantah memancing diskusi seru dan pertanyaan dari peserta yang mulai melihat peluang baru di desa mereka.
Taufiq Kurrahman menyampaikan materi kebijakan terkait produk turunan sawit—mulai regulasi, mekanisme pengawasan, hingga kebutuhan ekspor global.

Menurutnya, pasar dunia membutuhkan produk turunan sawit berkualitas, dan pelaku usaha di daerah harus mulai berani masuk ke ekosistem tersebut.
“Jika petani mampu mengembangkan produk turunan, kita tidak hanya memperkuat koperasi, tetapi juga memperkuat posisi daerah dalam rantai nilai sawit nasional,” tegasnya.
Pelatihan dilengkapi pre-test, post-test, diskusi, dan praktik pembuatan lilin aromaterapi. Di akhir kegiatan, Taufiq menyampaikan harapannya agar keterampilan yang diperoleh tidak berhenti pada ruang pelatihan.
“Kami berharap keterampilan ini menjadi langkah awal pengembangan industri kreatif di Paser. Ketika petani mampu mengolah dan memasarkan produk turunan, maka kesejahteraan akan ikut meningkat,” ujarnya.
Pelatihan ini menjadi bukti nyata komitmen Disbun Kaltim dalam memperkuat daya saing petani melalui inovasi hilirisasi.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *