sawitsetara.co – JAKARTA – Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono menyampaikan pandangannya terkait sejumlah isu krusial dalam industri kelapa sawit. Mulai dari lambatnya peremajaan sawit rakyat (PSR) hingga potensi dampak kebijakan B50 terhadap ekspor dan harga minyak goreng dalam negeri.
GAPKI Ungkap Sebab Lambatnya PSR
Eddy menyoroti lambatnya progres PSR. Menurut dia, beberapa tantangan utama yang dihadapi petani, di antaranya masalah ekonomi di mana petani khawatir kehilangan sumber penghidupan jika harus menebang sawit mereka saat ini. Juga permasalahan lahan: banyak petani yang memiliki masalah terkait kawasan hutan dan perizinan, menghambat akses mereka terhadap dana hibah peremajaan.
“Kita perlu mencari solusi bersama untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah perlu memberikan bantuan kepada petani selama masa tunggu peremajaan, serta mempercepat penyelesaian masalah lahan dan perizinan,” ujar dalam Squawk Box, CNBC Indonesia, Senin (20/10/2025).
Dampak Kebijakan B50 Terhadap Ekspor dan Harga Minyak Goreng
Ketua GAPKI juga menyoroti potensi dampak kebijakan B50 yang akan diterapkan mulai tahun depan. Menurut dia, dampaknya juga berbuntut terhadap ekspor dan harga minyak goreng. Ia menjelaskan bahwa jika kebijakan B50 diterapkan, ada potensi penurunan ekspor minyak sawit.
“Dengan asumsi kebijakan B50 dijalankan, kami memperkirakan penurunan ekspor sekitar 1,5 hingga 2 juta ton,” katanya.
Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan kebutuhan bahan baku untuk B50, yang akan mengurangi ketersediaan minyak sawit untuk ekspor.
Eddy juga mengingatkan bahwa kenaikan harga minyak sawit akibat kebijakan B50 dapat menyebabkan penurunan daya saing produk sawit Indonesia di pasar global. Hal ini juga berpotensi meningkatkan harga minyak goreng dalam negeri, yang dapat berdampak pada konsumen.
“Kenaikan harga sudah pasti menyebabkan kompetitiveness kita turun,” tambahnya.
B50 dan Persaingan di Pasar Internasional
Eddy juga menanggapi isu B50 yang diyakini dapat mendongkrak harga CPO global. Ia menjelaskan bahwa jika B50 diterapkan, harga CPO internasional diperkirakan akan naik sekitar 159 USD per metrik ton. Namun, ia juga mengingatkan bahwa minyak sawit bukanlah satu-satunya minyak nabati di dunia.
“Apabila ini diterapkan, minyak sawit akan menjadi lebih mahal, yang bisa menyebabkan konsumen beralih ke minyak nabati lain,” jelasnya, menekankan pentingnya menjaga daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global.
GAPKI menekankan pentingnya mencari solusi yang komprehensif untuk mengatasi tantangan dalam industri kelapa sawit. Hal ini termasuk mempercepat peremajaan sawit rakyat, mengkaji dampak kebijakan B50 terhadap ekspor dan harga, serta menjaga daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global.
Tags:
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *