KONSULTASI
Logo

Minyak Sawit Malaysia Bebas Tarif Impor AS, Harga CPO Diprediksi Naik di 2026

19 Desember 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
Minyak Sawit Malaysia Bebas Tarif Impor AS, Harga CPO Diprediksi Naik di 2026
HOT NEWS

sawitsetara.co – KUALA LUMPUR – Sektor minyak sawit Malaysia akhirnya dikecualikan dari tarif impor Amerika Serikat (AS) sebesar 19 persen. Kebijakan bebas tarif ini menjadi suntikan semangat bagi industri sawit negeri Jiran yang berjuang menjaga momentum di tengah tantangan global.

“Pengecualian dari tarif impor AS memberikan kelegaan besar bagi sektor sawit Malaysia yang tahun ini masih bergerak stabil di tengah tekanan eksternal,” demikian disampaikan Danni Haizal Danial Donald dalam laporannya di Bernama, dikutip Info Sawit.



Sawit Setara Default Ad Banner

Harga minyak sawit mentah (CPO) Malaysia mengalami fluktuasi sepanjang 2025. Pada November 2025, harga CPO tercatat sebesar RM4.089,50 per ton, turun dari RM5.011,50 per ton pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hingga 10 Desember 2025, harga CPO berada di kisaran RM4.000 per ton. Namun, ada harapan untuk peningkatan harga di masa mendatang.

“Harga CPO diperkirakan akan lebih tinggi pada awal tahun depan dan berpotensi mencapai sekitar RM4.500 per ton,” kata Daniel.

Prospek ini didukung oleh beberapa faktor, termasuk permintaan impor yang stabil menjelang perayaan Tahun Baru Imlek dan Ramadan.

Kinerja ekspor minyak sawit Malaysia sepanjang 2025 menunjukkan tren yang stagnan. Dalam 11 bulan pertama, volume ekspor mencapai 22,55 juta ton dengan nilai RM103,01 miliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian tahun 2024 yang mencapai 26,66 juta ton senilai RM109,39 miliar.

Meskipun demikian, minyak sawit tetap menjadi tulang punggung sektor komoditas Malaysia. Peningkatan produktivitas tandan buah segar (FFB) di sektor perkebunan menjadi bukti ketangguhan industri. Pada periode Januari-Oktober 2025, produktivitas FFB mencapai 14,45 ton per hektare, naik dari 13,96 ton per hektare pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sawit Setara Default Ad Banner

Peningkatan produksi sawit Malaysia terhambat oleh beberapa faktor, termasuk melemahnya permintaan eksternal, meningkatnya persediaan domestik, dan tekanan keberlanjutan yang semakin ketat di pasar utama, terutama China.

“Pembeli di pasar utama, terutama China, cenderung beralih ke alternatif yang lebih murah seperti minyak kedelai,” tulis Danni Haizal, yang menggarisbawahi dampak persaingan harga terhadap kinerja ekspor Malaysia.

Lemahnya permintaan global menyebabkan penumpukan stok dalam negeri, dengan persediaan minyak sawit melonjak hingga lebih dari 2,7 juta ton, level tertinggi dalam lebih dari enam tahun terakhir.

“Lonjakan persediaan domestik mencerminkan ketidakseimbangan antara produksi yang tinggi dan pembelian luar negeri yang melambat,” katanya.

Tingginya harga relatif minyak sawit juga menyebabkan penurunan pengiriman ke pasar utama, khususnya China, hampir 30 persen dalam 10 bulan pertama 2025.

Kabar baik datang dari sisi kebijakan domestik Malaysia, terutama bagi para pekebun kecil. Anggaran 2026 mengalokasikan hampir RM2,4 miliar untuk melindungi lebih dari 720.000 peneroka, pekebun kecil, serta keluarga mereka di bawah naungan FELDA, RISDA, dan FELCRA.

Danni Haizal menjelaskan, “Peruntukan ini bertujuan memodernisasi agribisnis dan memperkuat sokongan kepada pekebun kecil.”

Selain itu, sekitar RM20 juta dialokasikan untuk mendukung perusahaan rintisan dalam pengembangan produk mekanisasi dan otomasi, bekerja sama dengan Lembaga Minyak Sawit Malaysia dan perusahaan-perusahaan besar industri sawit.

“Inisiatif ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap tenaga kerja asing serta mendorong inovasi lokal.”

Sektor minyak sawit Malaysia diperkirakan tetap memiliki prospek yang solid meskipun beroperasi di tengah persaingan global yang semakin ketat.

“Harga CPO berpotensi bergerak naik menuju RM4.500 per ton pada 2026, didukung oleh permintaan impor yang stabil menjelang Tahun Baru Imlek dan Ramadan, serta ketidakpastian kebijakan di Indonesia yang terus menopang harga minyak sawit,” katanya.


Berita Sebelumnya
Pengembangan Inovasi Dorong Daya Saing Produk Hilir Berbasis Sawit

Pengembangan Inovasi Dorong Daya Saing Produk Hilir Berbasis Sawit

Subholding PTPN III (Persero), PTPN IV PalmCo menyebut pentingnya pengembangan inovasi yang relevan bagi perusahaan agar bisa mendorong daya saing produk-produk hilir berbasis kelapa sawit serta komoditas perkebunan.

| Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *