
sawitsetara.co - TANGERANG – Subholding PTPN III (Persero), PTPN IV PalmCo menyebut pentingnya pengembangan inovasi yang relevan bagi perusahaan agar bisa mendorong daya saing produk-produk hilir berbasis kelapa sawit serta komoditas perkebunan.
Adapun tantangan utamanya adalah memperkuat jalur pemasaran dan branding agar produk-produk tersebut bisa bersaing di segmen premium. "Ritel memberikan nilai tambah, tapi juga memerlukan strategi matang. Kami terus berbenah dengan dukungan dari grup PTPN dan BUMN lain agar bisnis ritel ini dapat tumbuh dan memberikan kontribusi yang signifikan," ujar Direktur Strategi dan Sustainability PTPN IV PalmCo Ugun Untaryo.
Lebih lanju, Ugun melihat peluang dalam memperluas pasar produk hilir. Salah satunya adalah dengan mengikuti ajang pameran dagang internasional seperti Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 yang digelar di Tangerang, Banten.
Adapun produk yang dipamerkan PalmCo di TEI tersebut antara lain minyak goreng merek NusaKita, Salvaco, dan INL, serta teh Tobasari, Royal Aro, Kayu Aro, dan Butong, termasuk kopi Arabika Royal Aro dan minyak makan merah hasil binaan koperasi di Deli Serdang.
"Kami bangga produk teh dan kopi kami yang memiliki nilai historis dan cita rasa unik kini bisa diperkenalkan secara lebih luas. Produk seperti Kayu Aro bahkan pernah menjadi favorit keluarga kerajaan Inggris. Kini, kami berupaya mengenalkan kisah dan mutu produk itu kepada pasar modern yang semakin kompetitif," kata Ugun.
Lebih lanjut, dalam gelaran Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 terdapat lima sektor yang diminati pelaku usaha dan investor. Kelima sektor tersebut yakni perdagangan sawit dan turunanannya sebesar USD2,3 miliar, pertambangan sebesar USD5,5 miliar, logam mulia sebesar USD2,7 miliar, charcoal dan briket sebesar USD1,6 miliar, dan suku cadang sebesar USD1,4 miliar.
Lalu, lima negara yang melakukan transaksi terbesar yakni India, Belanda, Vietnam, Filipina dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). "Lima negara dengan transaksi terbanyak selama TEI 2025 adalah yang pertama, India sebesar USD4,3 miliar, Belanda sebesar USD3,9 miliar, Vietnam sebesar USD3,3 miliar, Filipina sebesar USD3,1 miliar, dan RRT sebesar USD2,4 miliar," ujar Menteri Perdagangan, Budi Santoso.
Budi mengungkapkan pada penutupan TEI 2025, total transaksi mencapai USD22,8 miliar. Total transaksi sebesar USD22,8 miliar tersebut meliputi transaksi perdagangan barang sebesar USD17,9 miliar, perdagangan jasa sebesar USD443,7 juta, dan investasi sebesar USD4,37 miliar. "Capaian ini meningkat dari target nilai transaksi Trade Expo Indonesia 2025 yang ditetapkan sebesar USD16,5 miliar," kata Budi.
Sekedar catatan, total nilai ekspor sawit Indonesia pada tahun 2024 mencapai Rp440 triliun, yang merupakan penurunan dibandingkan tahun 2023. Penurunan ini terjadi pada volume ekspor yang menjadi 29,5 juta ton pada tahun 2024, dari sebelumnya 32,2 juta ton pada tahun 2023.
Pada tahun 2024, India, Tiongkok, dan Pakistan adalah importir minyak sawit terbesar dari Indonesia. India menjadi importir terbesar secara keseluruhan (termasuk tahun-tahun sebelumnya) meskipun volume ekspornya menurun pada tahun 2024, diikuti oleh Tiongkok dan Pakistan. Meskipun ada penurunan, Tiongkok dan Pakistan tetap menjadi pasar penting.
Sedangkan produksi total minyak sawit Indonesia pada tahun 2024 adalah 52,76 juta ton (CPO dan PKO) yang lebih rendah 3,80% dibandingkan tahun 2023. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti dampak El Nino, program peremajaan perkebunan, dan lahan yang menua.


Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *