Indonesia Tegaskan Sawit sebagai Motor Transisi Energi Berkelanjutan di IPORICE 2025

sawitsetara.co - Jakarta – Indonesia kembali memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam industri kelapa sawit global melalui penyelenggaraan The 2nd Indonesia Palm Oil Research and Innovation Conference and Expo (IPORICE) 2025. Ajang prestisius ini digelar 1–3 Oktober 2025 di Ballroom BRIN Gatot Subroto, Jakarta, sekaligus menjadi bagian dari rangkaian Indonesia Research and Innovation Expo (InaRI Expo).

Dengan mengusung tema “Penguatan Sinergi Sektor Perkebunan Sawit dalam Mendukung Ketahanan Energi Berbasis Inovasi Teknologi”, konferensi ini menjadi wadah kolaborasi strategis antara peneliti, akademisi, pelaku industri, pembuat kebijakan, hingga organisasi petani.

Kegiatan ini juga bertujuan untuk merumuskan masa depan sawit sebagai pilar penting transisi energi berkelanjutan.

Dalam sambutannya, Deputi Bidang Kebijakan Riset dan Inovasi BRIN, Boediastuti Ontowirjo, menegaskan kontribusi vital sawit dalam mendukung kemandirian energi nasional.

“Kebijakan mandatori biodiesel yang kini mencapai B40 menjadi bukti nyata peran sawit dalam pengurangan emisi sekaligus memperkuat ketahanan energi,” ujarnya.

Boediastuti juga memaparkan sederet inovasi riset BRIN, mulai dari katalis bio-jet fuel, teknologi konversi biomassa limbah sawit, hingga riset lintas disiplin yang menghasilkan bioavtur, biodiesel efisien, dan biogas. Bahkan, salah satu riset unggulan BRIN berhasil meraih UNESCO for Women in Science 2024 berkat inovasi katalis berbasis metal-organic framework yang mampu mengubah minyak sawit menjadi bahan bakar jet ramah lingkungan.

Sementara itu, Ketua Panitia IPORICE 2025 sekaligus Kepala OR TKPEKM BRIN, Agus Eko Nugroho, menekankan bahwa sawit bukan hanya identik dengan minyak goreng, tetapi juga bagian dari masa depan energi hijau Indonesia. Ia menyoroti pentingnya aspek sosial-ekonomi, seperti sertifikasi ISPO, pengelolaan rantai pasok minyak jelantah, hingga pemberdayaan petani kecil.

Sekjen Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Izzana Salleh, mengingatkan perlunya melawan kampanye negatif tentang sawit dengan data ilmiah dan inovasi. Menurutnya, sawit adalah tanaman penghasil minyak paling efisien di dunia, di mana 40% produksinya justru berasal dari petani kecil yang menopang ekonomi global.

Pandangan serupa datang dari Deputi Bidang Pangan, SDA, dan Lingkungan Hidup Bappenas, Leonardo A.A. Teguh Sambodo. Ia menegaskan bahwa dalam RPJP 2025–2045, sawit ditetapkan sebagai komoditas strategis utama dengan fokus pada peningkatan produktivitas, diversifikasi produk bernilai tambah seperti green diesel, bioavtur, oleokimia, hingga pemanfaatan limbah sawit untuk energi dan material maju seperti superkapasitor.

Sambodo juga menyoroti peluang besar pasar Eropa pasca penandatanganan Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

“Sawit kini bukan sekadar komoditas ekspor, melainkan motor transformasi energi berkelanjutan sekaligus penggerak ekonomi rakyat,” tegasnya.

Konferensi IPORICE 2025 pun semakin meneguhkan komitmen Indonesia dalam membangun sinergi riset, inovasi, dan kebijakan di sektor sawit. Dengan semangat people, planet, and prosperity, Indonesia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kelapa sawit bukan masalah, melainkan bagian dari solusi energi hijau global.

Acara ini turut dihadiri perwakilan kementerian, perusahaan perkebunan, akademisi, peneliti, asosiasi petani, organisasi masyarakat sipil, hingga media.