KONSULTASI
Logo

Inovasi Hijau dari Unimed: Limbah Tangkos Sawit dan Plastik Disulap Jadi Adsorben

18 Oktober 2025
AuthorHendrik Khoirul
EditorDwi Fatimah
Inovasi Hijau dari Unimed: Limbah Tangkos Sawit dan Plastik Disulap Jadi Adsorben

Sawitsetara.co – MEDAN – Limbah kelapa sawit, terkhusus tandan kosong (tangkos) tak habis-habisnya jadi inovasi. Kali ini ide datang dari para mahasiswa di Universitas Negeri Medan (Unimed). Mereka berhasil merombak tangkos dan botol plastik bekas menjadi bahan adsorben.

Tim yang dipimpin oleh Adryansyah Anugrah Pratama (Kimia 2022) bersama Giovani Mei Anggasta Telaumbanua (Kimia 2022), Mega Elsa Pardede (Kimia 2023), Sondang Ribka Simbolon (Teknik Sipil 2024), dan Wesly Yeremia Zega (Teknik Sipil 2023) ini, mendapat bimbingan dari Moondra Zubir, Ph.D dari Jurusan Kimia Unimed.

Melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE), mereka fokus pada penelitian berjudul “Sintesis Komposit Polimer Berpori dari Limbah Plastik dengan Karbon Aktif Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Adsorpsi Limbah Cair Industri Sawit.”

Dalam riset ini, tim berhasil mengembangkan komposit karbon aktif berbasis limbah tangkos kelapa sawit dengan material polimer sintetik Metal Organic Frameworks (MOFs). Material ini menggunakan logam ion Cu(II) dan asam tereftalat dari daur ulang botol plastik PET.

“Inovasi ini bukan hanya memberikan solusi dalam pengelolaan limbah, tetapi juga membuka peluang aplikasi yang luas, mulai dari penyaringan air, penyerapan gas berbahaya, hingga pengembangan energi bersih,” ujar Adryansyah dalam keterangan tertulis kepada Antara, Jumat (17/10/2025).

Penelitian ini menjadi langkah nyata dalam mengatasi dua masalah lingkungan sekaligus: limbah padat perkebunan sawit dan sampah plastik. Melalui pendekatan sains material, limbah diubah menjadi bahan fungsional yang mampu menyerap logam berat dan amonia dari limbah cair industri sawit.

Proses aktivasi tangkos kelapa sawit menghasilkan karbon aktif berkualitas, sementara pengolahan limbah botol plastik menjadi asam tereftalat membentuk komposit KA–Cu(TAC). Kombinasi ini menghasilkan material berpori dengan luas permukaan tinggi dan kemampuan penyerapan yang unggul.

Riset ini diharapkan menjadi teknologi hijau alternatif untuk mendukung keberlanjutan industri sawit dan mengurangi tumpukan sampah plastik.

“Dengan memanfaatkan limbah menjadi material berteknologi tinggi, kami ingin menunjukkan bahwa sains dapat menjadi solusi nyata bagi masalah lingkungan sekaligus membuka peluang ekonomi baru,” Adryansyah menambahkan.


Berita Sebelumnya
Konsumsi Sawit Bersertifikat RSPO Jadi Tonggak Indonesia Menuju Berkelanjutan

Konsumsi Sawit Bersertifikat RSPO Jadi Tonggak Indonesia Menuju Berkelanjutan

Indonesia kini memasuki babak baru dalam perjalanan konsumsi produk sawit berkelanjutan. Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), setelah berhasil menciptakan formula palm-based batik wax, resmi meraih Sertifikasi RSPO Supply Chain Certification (SCC).

| Berita

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *