
sawitsetara.co – PADANG – Sejak 2018, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah menggulirkan program peremajaan (replanting) kelapa sawit rakyat (PSR) di Sumatera Barat (Sumbar). Gubernur Sumbar, Mahyeldi, mengungkapkan bahwa program ini telah memfasilitasi peremajaan sawit seluas 14.919 hektar.
“Sejak digulirkan program ini telah memfasilitasi peremajaan sawit rakyat seluas 14.919 ha,” kata Mahyeldi di Kota Padang, Senin (17/11/2025).
Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas melalui dukungan pendanaan hibah dari BPDPKS, yang berada di bawah naungan Kemenkeu. Bantuan dana terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada periode 2018-2021, bantuan diberikan sebesar Rp25 juta per hektar, meningkat menjadi Rp30 juta pada 2022-2024, dan akan kembali naik menjadi Rp60 juta per hektar pada tahun 2025.
“Total dana BPDPKS yang telah disalurkan untuk program replanting sawit di Sumbar sejak 2018 mencapai Rp463 miliar,” jelas Mahyeldi.

Di Koperasi Perkebunan Sawit (KPS) Tompek Tapian Kandis, Kabupaten Agam, bantuan diberikan dalam dua tahap. Pada 2020, bantuan diberikan untuk lahan seluas 143,75 hektar, dan pada 2022 seluas 145,30 hektar dengan total nilai Rp7,95 miliar. Mahyeldi menekankan pentingnya manajemen yang baik dan pendampingan berkelanjutan.
“Capaian di Kabupaten Agam ini bisa menjadi contoh bahwa dengan manajemen yang baik dan pendampingan yang berkelanjutan, program replanting dapat menjaga bahkan meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan petani,” ujarnya.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumbar menargetkan replanting sawit rakyat seluas 5.400 hektar pada tahun 2025. Perkebunan sawit ini tersebar di tujuh titik, termasuk Kabupaten Dharmasraya, Solok Selatan, Pesisir Selatan, Pasaman, Pasaman Barat, Agam, dan Sijunjung.

Bupati Agam, Benni Warlis, mengumumkan panen perdana sawit rakyat di lahan plasma KPS Tompek Tapian Kandis setelah empat tahun peremajaan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dalam mencapai keberhasilan program.
“Inilah bukti bahwa kolaborasi dapat menghasilkan perubahan. Program ini bukan hanya soal peningkatan produksi, tapi juga tentang keberlanjutan ekonomi masyarakat,” kata Benni Warlis.



Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *